Yehezkiel 12:2 - Penglihatan Nabi dan Peringatan Allah

"Anak manusia, engkau telah menetap di tengah-tengah kaum pemberontak, yang mata mereka melihat tetapi tidak melihat, dan telinga mereka mendengar tetapi tidak mendengar, sebab mereka adalah kaum pemberontak."
Ilustrasi penglihatan nabi X TeligaTertutup

Ayat Yehezkiel 12:2 adalah pembukaan yang kuat dari sebuah perikop di mana Allah memerintahkan Nabi Yehezkiel untuk menyampaikan pesan yang tegas kepada kaum Israel pada masanya. Pesan ini bukan hanya tentang hukuman yang akan datang, tetapi juga tentang ketidakmauan umat Allah untuk mendengarkan dan memahami peringatan ilahi. Frasa "mata mereka melihat tetapi tidak melihat, dan telinga mereka mendengar tetapi tidak mendengar" menggambarkan kondisi spiritual umat yang telah mengeras. Mereka mungkin secara fisik mampu melihat dan mendengar, namun hati mereka tertutup terhadap kebenaran rohani dan pesan peringatan dari Allah.

Nabi Yehezkiel sendiri ditempatkan "di tengah-tengah kaum pemberontak." Ini menunjukkan betapa sulitnya tugasnya. Ia harus hidup dan bernubuat di antara orang-orang yang telah berpaling dari Allah, yang menolak untuk bertobat meskipun tanda-tanda peringatan telah diberikan berulang kali. Ketidakpedulian mereka terhadap firman Allah membawa konsekuensi yang serius, yaitu pembuangan ke Babel. Allah memperingatkan Yehezkiel agar ia sadar akan keadaan kaumnya, agar ia tidak menjadi seperti mereka yang tuli dan buta secara rohani.

Pesan ini memiliki relevansi yang mendalam bagi setiap generasi. Seringkali, manusia cenderung mengabaikan kebenaran yang tidak menyenangkan atau yang menuntut perubahan dalam hidup mereka. Kita bisa saja memiliki akses terhadap firman Tuhan, mendengar khotbah, membaca Alkitab, namun jika hati kita tidak terbuka, pesan-pesan tersebut tidak akan berdampak pada kehidupan kita. Kegagalan untuk "melihat" dan "mendengar" secara rohani dapat membuat kita rentan terhadap kehancuran, baik secara pribadi maupun komunal.

Allah tidak menginginkan umat-Nya untuk binasa dalam ketidakpedulian. Melalui para nabi-Nya, termasuk Yehezkiel, Allah terus menerus menyerukan pertobatan dan pengingatan akan kedaulatan-Nya. Ayat ini menjadi pengingat bagi kita untuk selalu memeriksa hati kita. Apakah kita benar-benar mendengarkan suara Tuhan? Apakah kita memiliki mata rohani yang terbuka untuk melihat kehendak-Nya dalam segala aspek kehidupan? Kaum pemberontak dalam catatan Yehezkiel akhirnya mengalami konsekuensi dari ketidaktaatan mereka. Mari kita jadikan ayat ini sebagai panggilan untuk hati yang peka dan telinga yang mau mendengar firman Tuhan, agar kita dapat hidup dalam kebenaran dan berkat-Nya.