"Janganlah kamu berbuat demikian kepada apa yang Tuhan berfirman. Jangan kamu menipu TUHAN, sebab Ia berfirman kepadamu."
Ayat yang terukir dalam 2 Tawarikh 11:4 bukanlah sekadar rentetan kata dari kitab suci, melainkan sebuah peringatan tegas dan sekaligus janji penghiburan yang fundamental bagi umat Tuhan. Di tengah riuh rendahnya kehidupan, di mana godaan untuk menyimpang dari kebenaran seringkali datang tanpa diundang, ayat ini berdiri sebagai mercusuar yang menerangi jalan kita. Firman Allah, yang diwahyukan melalui nabi-Nya, adalah ketetapan yang tak boleh diganggu gugat, tak boleh ditafsirkan sesuka hati, apalagi ditipu.
Frasa "Jangan kamu menipu TUHAN" memberikan gambaran yang kuat tentang hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Menipu berarti mencoba mengelabui, memberikan kesan palsu, atau bahkan memutarbalikkan fakta. Dalam konteks spiritual, ini bisa berarti kita pura-pura taat, menunda-nunda perintah-Nya, atau bahkan mengklaim tidak mendengar suara-Nya ketika sebenarnya kita memilih untuk mengabaikannya. Ini adalah tindakan yang sangat berbahaya karena Tuhan melihat hati kita. Ia mengetahui segala niat tersembunyi dan segala kelemahan yang berusaha kita sembunyikan.
Namun, ayat ini tidak hanya berisi larangan. Di bawahnya terucap alasan yang penuh kasih: "sebab Ia berfirman kepadamu." Ini adalah inti dari kepercayaan kita. Tuhan tidak diam dan bungkam. Ia aktif berkomunikasi dengan umat-Nya. Melalui firman-Nya, baik yang tertulis maupun yang diilhamkan dalam hati, Tuhan memberikan petunjuk, bimbingan, dan kebenaran. Kewajiban kita adalah mendengarkan dan mengambil hati.
Di era modern ini, di mana informasi berlimpah ruah dan berbagai suara mencoba menarik perhatian kita, mudah sekali untuk merasa bingung atau teralihkan. Namun, firman Tuhan tetap menjadi landasan yang kokoh. Memahami dan mematuhi firman-Nya bukan berarti kita menjadi kaku atau kehilangan kebebasan. Sebaliknya, di dalam ketaatanlah kita menemukan kebebasan sejati. Kebebasan dari kesesatan, kebebasan dari kecemasan, dan kebebasan untuk hidup dalam kebenaran yang memerdekakan.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan 2 Tawarikh 11:4 sebagai pengingat harian. Mari kita bersikap jujur di hadapan Tuhan, tidak pernah mencoba menipu-Nya dengan kemunafikan atau pengabaian. Teruslah berdoa agar diberi hikmat untuk memahami firman-Nya, keberanian untuk mempraktikkannya, dan kerendahan hati untuk senantiasa taat pada setiap ketetapan-Nya. Sebab di sanalah terdapat berkat dan kedamaian yang sejati.