Kisah Peringatan dari Kitab Tawarikh
Ayat 2 Tawarikh 11:9 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Israel, khususnya setelah perpecahan kerajaan pasca pemerintahan Salomo. Ayat ini secara lugas menggambarkan tindakan Raja Yerobeam yang berusaha mengukuhkan kekuasaannya di Kerajaan Israel Utara dengan cara yang sangat keliru. Ia tidak hanya mendirikan berhala, tetapi juga secara aktif mendorong rakyatnya untuk meninggalkan penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beralih kepada ilah-ilah buatan.
Tindakan Yerobeam ini bukanlah sekadar kesalahan kecil, melainkan sebuah pelanggaran serius terhadap perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Dalam konteks perjanjian tersebut, kesetiaan kepada satu Tuhan adalah fondasi utama bagi kesejahteraan dan perlindungan. Dengan mendirikan berhala, Yerobeam tidak hanya melanggar perintah Tuhan secara eksplisit, tetapi juga menanamkan benih kesesatan yang akan membawa dampak buruk bagi generasi mendatang. Pemilihan kata "menyuruh orang Israel berdosa kepada Tuhan" menunjukkan sifat proaktif dan otoriter dari tindakan Yerobeam, yang memanfaatkan posisinya untuk menyesatkan seluruh rakyatnya.
Dampak Kesesatan dan Konsekuensi
Sejarah mencatat bahwa kesesatan yang dipimpin oleh Yerobeam ini menjadi salah satu akar masalah utama yang menyebabkan Kerajaan Israel Utara akhirnya jatuh ke tangan bangsa Asyur. Ketika sebuah bangsa berpaling dari prinsip-prinsip kebenaran dan kesetiaan kepada Sang Pencipta, mereka kehilangan landasan moral dan spiritual yang kuat. Kehilangan fokus pada Tuhan berarti kehilangan sumber kekuatan sejati, hikmat ilahi, dan perlindungan yang seringkali dinyatakan dalam bentuk kemenangan atas musuh atau ketahanan menghadapi kesulitan.
Ayat ini berfungsi sebagai peringatan yang sangat kuat. Ia mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kesetiaan spiritual kita. Baik sebagai individu maupun sebagai sebuah komunitas, godaan untuk berpaling kepada hal-hal yang lebih mudah, lebih populer, atau lebih menguntungkan secara duniawi seringkali muncul. Namun, seperti yang diajarkan oleh kisah Yerobeam, kepatuhan kepada prinsip-prinsip ilahi, meskipun terkadang sulit, adalah jalan yang paling aman dan diberkati. Konsekuensi dari mengabaikan Tuhan bisa sangat menghancurkan, tidak hanya bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Kisah ini mengajarkan bahwa kepemimpinan yang baik bukan hanya soal kekuasaan politik atau ekonomi, tetapi juga soal integritas moral dan spiritual. Pemimpin yang menyesatkan rakyatnya menuju kesesatan pada akhirnya akan menuai kehancuran. Sebaliknya, pemimpin yang menuntun umatnya kepada Tuhan akan membawa berkat dan keutuhan. Oleh karena itu, ayat 2 Tawarikh 11:9 tetap relevan hingga kini sebagai pengingat abadi tentang nilai kesetiaan, konsekuensi dari kesesatan, dan pentingnya menjaga hubungan yang murni dengan Tuhan dalam segala aspek kehidupan.