"Lalu oleh rasul-rasul dan para tetua beserta seluruh jemaat diputuskan, bahwa dari tengah-tengah mereka dipilih orang-orang yang akan mereka utus ke Antiokhia bersama-sama dengan Paulus dan Barnabas, yaitu Yudas yang disebut Barsabas dan Silas, keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara."
Kisah para rasul pasal 15 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah gereja perdana: pertemuan penting yang diadakan di Yerusalem untuk menyelesaikan perdebatan mengenai persyaratan keselamatan bagi orang-orang bukan Yahudi yang percaya kepada Kristus. Ayat 22 dari pasal ini menyoroti hasil keputusan yang dicapai, yaitu pengiriman utusan khusus untuk menyampaikan firman dan persetujuan tersebut kepada jemaat di Antiokhia. Keputusan ini bukanlah lahir dari satu individu saja, melainkan merupakan hasil musyawarah mufakat yang melibatkan para rasul, para tetua (pemimpin gereja), dan seluruh jemaat. Hal ini menunjukkan prinsip penting dalam kepemimpinan Kristen, yaitu kesatuan dan tanggung jawab bersama.
Konteks di balik ayat ini adalah munculnya ajaran dari beberapa orang Yahudi yang menekankan bahwa orang bukan Yahudi harus disunat dan menaati hukum Taurat Musa agar bisa diselamatkan. Ajaran ini menimbulkan kebingungan dan perpecahan di antara jemaat, terutama di Antiokhia yang menjadi pusat penginjilan bagi bangsa-bangsa lain. Untuk mengatasi masalah ini, Paulus dan Barnabas, yang telah banyak melayani di antara orang bukan Yahudi, diutus ke Yerusalem untuk berkonsultasi dengan para rasul dan tetua.
Keputusan untuk mengirimkan Yudas Barsabas dan Silas bersama Paulus dan Barnabas bukanlah sekadar formalitas. Mereka dipilih karena "keduanya adalah orang terpandang di antara saudara-saudara." Status terpandang ini menyiratkan bahwa mereka adalah individu yang dipercaya, memiliki reputasi baik, dan dihormati dalam komunitas Kristen. Kehadiran mereka dalam misi pengiriman ini bertujuan untuk memberikan bobot otoritas dan keyakinan kepada keputusan yang telah diambil. Mereka bertindak sebagai saksi dan pembawa pesan yang sah, memastikan bahwa resolusi yang disepakati di Yerusalem diterima dengan baik di Antiokhia.
Ayat ini menggarisbawahi betapa pentingnya kesatuan dalam tubuh Kristus. Meskipun ada perbedaan pandangan atau tantangan yang muncul, gereja dipanggil untuk mencari kebenaran dalam Roh Kudus dan mengambil keputusan bersama. Keputusan yang dihasilkan di Yerusalem menegaskan bahwa keselamatan datang melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan melalui ketaatan pada hukum Taurat. Ini adalah pembebasan besar bagi orang bukan Yahudi dan membuka pintu lebar-lebar bagi pemberitaan Injil ke seluruh dunia.
Pengiriman Yudas dan Silas juga mencerminkan prinsip kasih dan kepedulian antar jemaat. Gereja di Yerusalem tidak hanya menyelesaikan masalah mereka sendiri, tetapi juga menunjukkan perhatian kepada saudara-saudari mereka di Antiokhia. Mereka mengirimkan individu-individu terbaik untuk memastikan kejelasan dan kedamaian. Hal ini mengingatkan kita bahwa sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk saling menguatkan, mendukung, dan membangun satu sama lain dalam kasih Kristus. Kisah rasul 15:22 menjadi saksi bisu tentang bagaimana gereja perdana menghadapi tantangan dengan iman, hikmat, dan kesatuan, yang menjadi teladan berharga bagi gereja di sepanjang zaman.