Maka orang-orang besar Israel dan raja merendahkan diri dan berkata: "TUHAN Maha Benar."
Ayat 2 Tawarikh 12:6 mengisahkan momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, saat Tuhan melalui nabi-Nya, Semaya dan Ido, memperingatkan Raja Rehabeam dan para pemimpinnya. Peringatan ini datang sebagai respons terhadap dosa dan penyembahan berhala yang telah merajalela di Yerusalem dan wilayah sekitarnya. Seruan Tuhan terdengar melalui para nabi-Nya, menyadarkan mereka akan keseriusan pelanggaran mereka terhadap perjanjian-Nya.
Dalam ayat keenam, kita melihat respons yang luar biasa dari para pemimpin Israel dan raja sendiri. Ketika Tuhan, melalui firman-Nya yang disampaikan oleh para nabi, menunjukkan konsekuensi yang mengerikan atas ketidaktaatan mereka, mereka tidak membantah atau bersikeras pada jalan mereka yang salah. Sebaliknya, mereka tunduk. Pengakuan mereka, "TUHAN Maha Benar," adalah pernyataan yang penuh makna. Ini bukan sekadar pengakuan intelektual, melainkan sebuah pengakuan iman yang mendalam. Mereka mengakui bahwa segala sesuatu yang dikatakan Tuhan adalah kebenaran mutlak, dan bahwa kekuasaan serta keadilan-Nya tidak dapat diganggu gugat.
Tindakan merendahkan diri adalah inti dari pertobatan sejati. Dalam konteks Alkitab, "merendahkan diri" seringkali melibatkan kerendahan hati, pengakuan dosa, dan kesediaan untuk berubah. Rehabeam dan para pemimpin Yehuda, yang sebelumnya mungkin angkuh dan tenggelam dalam kesombongan, kini menghadapi realitas penghakiman Tuhan. Ketimbang mencari alasan atau menyalahkan orang lain, mereka memilih untuk menempatkan diri mereka di bawah otoritas Tuhan. Ini adalah langkah penting yang membedakan respons mereka dari keputusasaan atau ketakutan semata.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Pertama, ia menekankan bahwa Tuhan memperhatikan perbuatan umat-Nya, baik itu ketaatan maupun ketidaktaatan. Dia tidak tinggal diam ketika umat-Nya menyimpang dari jalan-Nya. Kedua, ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan bersedia untuk berbelas kasihan ketika ada pertobatan yang tulus. Meskipun hukuman mungkin telah dijanjikan, respons yang rendah hati dan pengakuan atas kebenaran Tuhan membuka pintu bagi campur tangan ilahi yang bersifat menyelamatkan. Tuhan melihat kerendahan hati mereka dan memilih untuk tidak menghancurkan mereka sepenuhnya.
Pesan dari 2 Tawarikh 12:6 adalah pengingat kuat tentang pentingnya ketaatan kepada Tuhan dan konsekuensi dari dosa. Namun, yang lebih penting, ini adalah kabar baik tentang belas kasihan Tuhan bagi mereka yang mau merendahkan diri dan mengakui kebenaran-Nya. Seperti Rehabeam dan para pemimpin Yehuda, kita dipanggil untuk menghadapi firman Tuhan dengan kerendahan hati, mengakui kesalahan kita, dan mempercayai kebenaran-Nya, dengan keyakinan bahwa dalam pertobatan, kita menemukan jalan menuju pemulihan dan kasih karunia-Nya.