2 Tawarikh 12 7

"Tetapi ketika TUHAN melihat kelakuan mereka, bahwa mereka berbalik dari pada kelakuan mereka yang jahat, maka menyesallah TUHAN, sehingga ia tidak mendatangkan celaka yang diancamkan-Nya kepada mereka."

Ayat 2 Tawarikh 12:7 ini merupakan sebuah pengingat yang sangat berharga dari Kitab Suci mengenai sifat Allah yang penuh belas kasih dan kesabaran. Ayat ini mencatat momen krusial dalam sejarah Israel ketika mereka menghadapi ancaman dari pasukan Mesir di bawah pimpinan Syisakh. Namun, alih-alih murka dan menghancurkan, Allah memilih untuk berinteraksi dengan umat-Nya dengan cara yang menunjukkan kepedulian mendalam terhadap pertobatan mereka.

Konteks ayat ini penting untuk dipahami. Raja Rehabeam, putra Salomo, telah membawa Israel menuju kemerosotan rohani. Kehidupan mereka jauh dari ketetapan Allah, dan berbagai bentuk penyembahan berhala serta praktik-praktik yang tidak berkenan merajalela. Dalam kondisi seperti ini, Allah mengirimkan hukuman melalui invasi Syisakh. Namun, di tengah ketakutan dan keputusasaan, para pemimpin dan rakyat Israel—meskipun terlambat—menginsafi kesalahan mereka. Mereka merendahkan diri di hadapan Allah, mengakui dosa-dosa mereka, dan bertaubat.

Poin kunci dalam ayat ini adalah respons Allah terhadap pertobatan mereka. Ayat ini menyatakan, "Tetapi ketika TUHAN melihat kelakuan mereka, bahwa mereka berbalik dari pada kelakuan mereka yang jahat, maka menyesallah TUHAN, sehingga Ia tidak mendatangkan celaka yang diancamkan-Nya kepada mereka." Kata "menyesallah" di sini bukanlah penyesalan dalam arti perubahan pikiran atau kekecewaan seperti yang dialami manusia. Dalam konteks ilahi, ini lebih menggambarkan perubahan dalam tindakan Allah sebagai respons terhadap perubahan hati dan perilaku umat-Nya. Allah, dalam kemuliaan-Nya, memilih untuk tidak melanjutkan rencana hukuman karena melihat adanya ketulusan dalam pertobatan umat-Nya. Ini adalah manifestasi dari rahmat dan belas kasihan-Nya yang melimpah.

Ini mengajarkan kita bahwa Allah tidak menutup mata terhadap dosa, namun Dia juga tidak pernah menutup pintu bagi mereka yang sungguh-sungguh mencari pengampunan. Pertobatan yang tulus, yaitu berpaling dari dosa dan kembali kepada-Nya, selalu menghasilkan respons yang positif dari surga. Allah merespons kerendahan hati dan penyesalan dengan belas kasihan, bukan murka yang tak terhingga. Kisah ini menekankan bahwa penyesalan bukanlah sekadar kata-kata, melainkan sebuah perubahan fundamental dalam sikap dan tindakan. Ketika kita benar-benar berbalik dari jalan yang salah, Allah siap mengampuni dan membimbing kita kembali ke jalan kebenaran.

Lebih jauh, ayat ini memberikan harapan. Tidak peduli seberapa jauh kita tersesat, atau seberapa besar kesalahan yang telah kita perbuat, selalu ada kesempatan untuk kembali. Allah selalu melihat, mengamati, dan menunggu momen ketika hati kita mulai bergeser kembali kepada-Nya. Ketika perubahan itu terjadi, Dia siap untuk menarik kembali ancaman hukuman dan menawarkan jalan baru yang penuh dengan berkat. Renungan dari 2 Tawarikh 12:7 mendorong kita untuk terus menjaga hati dan hidup kita tetap murni, serta selalu siap untuk bertobat ketika kita menyimpang.