2 Tawarikh 13:10

"Tetapi kita ini,TUHAN adalah Allah kita, dan kita tidak meninggalkan Dia. Imam-imam yang melayani TUHAN ialah anak-anak Harun dan orang-orang Lewi melakukan tugas mereka."

Kekuatan dalam Kesetiaan

Kitab 2 Tawarikh pasal 13 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, saat Raja Abia dari Yehuda berhadapan dengan Raja Yerobeam dari Israel. Di tengah ancaman perang yang besar, Raja Abia berdiri teguh dan menyampaikan sebuah pidato yang berapi-api, mengingatkan pasukannya tentang siapa Tuhan mereka dan mengapa mereka harus memperjuangkan kebenaran. Ayat 10 ini adalah inti dari seruannya, sebuah deklarasi iman yang kuat.

Ungkapan "Tetapi kita ini, TUHAN adalah Allah kita" bukan sekadar pengakuan, melainkan sebuah pernyataan identitas. Di dunia yang seringkali goyah oleh berbagai kepercayaan dan dewa-dewaan, bangsa Yehuda menegaskan bahwa mereka berpihak pada Tuhan Yang Maha Esa. Ini adalah pengakuan kesetiaan, sebuah komitmen yang mendalam terhadap Sang Pencipta semesta. Dalam konteks pertempuran, ini berarti bahwa tujuan mereka bukan hanya perebutan kekuasaan atau wilayah, tetapi sebuah perjuangan yang didasarkan pada kebenaran ilahi.

Selanjutnya, Raja Abia menegaskan, "dan kita tidak meninggalkan Dia." Kalimat ini menyoroti aspek penting dari hubungan manusia dengan Tuhan: keberlanjutan. Kesetiaan bukanlah tindakan sesaat, melainkan sebuah perjalanan panjang yang menuntut ketekunan. Mengingat banyaknya godaan untuk berpaling pada dewa-dewaan lain atau jalan yang lebih mudah, pernyataan ini menunjukkan keberanian dan keteguhan hati pasukan Yehuda. Mereka memilih untuk tetap setia, meskipun menghadapi kekuatan militer yang lebih besar dari Kerajaan Israel Utara.

Imam dan Pelayan Tuhan

Bagian kedua dari ayat ini membawa kita pada struktur pelayanan di hadirat Tuhan: "Imam-imam yang melayani TUHAN ialah anak-anak Harun dan orang-orang Lewi melakukan tugas mereka." Ini adalah pengingat penting tentang tatanan rohani yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Anak-anak Harun, sebagai keturunan imam yang terpilih, memiliki tugas suci untuk mempersembahkan korban dan memimpin ibadah. Sementara itu, orang-orang Lewi, suku yang ditugaskan untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian di Bait Suci, memiliki peran penting dalam mendukung tugas keimaman dan menjaga segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembahan Tuhan.

Penyebutan spesifik tentang imam dan orang Lewi ini menekankan bahwa ibadah kepada Tuhan bukanlah urusan yang sembarangan atau dilakukan tanpa struktur. Ada organisasi, tugas, dan tanggung jawab yang jelas yang diberikan oleh Tuhan sendiri. Ini menunjukkan bahwa Tuhan peduli pada keteraturan dan kekudusan dalam penyembahan-Nya. Dalam konteks pertempuran, mengingatkan kembali pada tatanan rohani ini juga bisa berarti menegaskan kembali bahwa perjuangan mereka adalah demi memelihara kekudusan dan ibadah yang benar sesuai dengan ketetapan Tuhan.

Ayat 2 Tawarikh 13:10 ini menjadi sumber inspirasi yang kuat bagi setiap individu dan komunitas. Ia mengajarkan kita untuk selalu berpegang teguh pada Tuhan, mengakui Dia sebagai Allah kita, dan tidak pernah meninggalkan-Nya. Kesetiaan ini akan memberi kita kekuatan, bahkan di tengah badai kehidupan. Selain itu, kita diingatkan tentang pentingnya tatanan dalam melayani Tuhan dan menghargai mereka yang dipercayakan tugas-tugas pelayanan khusus. Dengan memelihara kesetiaan dan menjalankan peran kita dalam tatanan ilahi, kita dapat mengalami berkat dan penyertaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita.