Ayat 2 Tawarikh 13 ayat 9 ini merupakan sebuah seruan tegas dan penuh peringatan yang dilontarkan oleh Raja Abia dari Yehuda kepada Raja Yerobeam dari Israel. Pada masa itu, kerajaan Israel terpecah menjadi dua: Kerajaan Yehuda di selatan yang masih memegang teguh ibadah kepada TUHAN sesuai dengan tradisi Bait Suci di Yerusalem, dan Kerajaan Israel di utara yang dipimpin oleh Yerobeam, yang telah mendirikan tempat-tempat ibadah baru dan mempromosikan penyembahan berhala demi kepentingan politik.
Dalam konteks sejarahnya, ayat ini menyoroti inti dari konflik yang terjadi. Yerobeam, dengan tujuan untuk mengukuhkan kekuasaannya dan mencegah rakyatnya kembali ke Yerusalem untuk beribadah (yang berpotensi memperkuat kembali persatuan di bawah keluarga Daud), telah melakukan berbagai kebijakan yang menyimpang dari hukum Taurat. Salah satunya adalah memecat dan mengusir para imam dan orang Lewi yang setia kepada TUHAN. Hal ini dilakukan karena mereka berasal dari Yehuda dan dipandang sebagai ancaman terhadap legitimasi kekuasaannya.
Pernyataan Raja Abia bahwa mereka "telah mengusir orang-orang yang menyembah TUHAN, anak-anak imam Yabes, dan orang-orang Lewi" menunjukkan sebuah tindakan yang sangat merusak tatanan keagamaan dan spiritual. Orang-orang Lewi, yang secara khusus ditunjuk oleh Tuhan untuk melayani di Bait Suci dan memelihara hukum-hukum-Nya, telah dihalangi dari tugas mereka. Pengusiran ini bukan sekadar masalah administratif, tetapi merupakan penolakan terhadap ibadah yang benar dan standar kesucian yang Tuhan tetapkan.
Seruan Abia yang berlanjut dengan pertanyaan retoris, "Dan sekarang kamu bermaksud mengadakan imam bagi dirimu sendiri, seperti bangsa-bangsa lain?" adalah pukulan telak. Ini menyoroti betapa Yerobeam dan kerajaannya telah jatuh ke dalam kebiasaan bangsa-bangsa kafir di sekitar mereka. Bangsa-bangsa lain pada waktu itu memiliki sistem keimaman mereka sendiri yang seringkali terkait dengan penyembahan dewa-dewa palsu dan ritual yang tidak berkenan kepada Tuhan. Dengan mendirikan semacam "imamat tandingan" dan membiarkan rakyatnya menyimpang dari ajaran asli, Yerobeam telah menempatkan dirinya dan kerajaannya di luar perjanjian dengan Tuhan.
Pesan yang terkandung dalam 2 Tawarikh 13:9 relevan hingga kini. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan kepada Tuhan dan kebenaran-Nya. Mengikuti ajaran yang menyimpang, bahkan dengan alasan yang tampak praktis atau politik, akan membawa konsekuensi serius. Ayat ini juga mengingatkan bahwa ibadah yang benar tidak bisa dikompromikan atau diubah sesuai keinginan manusia. Ibadah sejati berakar pada firman Tuhan dan harus dilakukan sesuai dengan tuntunan-Nya, bukan berdasarkan kesepakatan atau norma-norma duniawi.
Kisah Raja Abia yang membela ibadah yang benar, meskipun harus menghadapi perang, menjadi contoh keberanian dalam mempertahankan iman. Ia mengingatkan Yerobeam bahwa Tuhan adalah hakim yang adil dan bahwa tindakan menolak-Nya pasti akan mendapat ganjaran. Kesetiaan kepada Tuhan adalah fondasi yang kokoh bagi sebuah bangsa, sedangkan penyimpangan dari jalan-Nya adalah jalan menuju kehancuran.
Jika Anda ingin memahami lebih dalam lagi mengenai kesetiaan dalam ibadah, Anda bisa membaca kembali kitab 2 Tawarikh pasal 13.