2 Tawarikh 14 10: Seruan untuk Berserah Diri

"Maka berserulah Asa kepada TUHAN, Allahnya, katanya: "Ya TUHAN, bagi-Mu tidak ada bedanya menolong dengan banyak orang atau dengan orang-orang yang sedikit. Tolonglah kami, ya TUHAN, Allah kami, sebab kepada-Mu kami bersandar dan atas nama-Mulah kami datang melawan kerumunan orang ini. Ya TUHAN, Engkaulah Allah kami; janganlah biarkan manusia berkuasa melawan Engkau!"

Simbol Ketergantungan dan Harapan

Kisah yang tercatat dalam 2 Tawarikh 14:10 memberikan sebuah pelajaran berharga tentang kekuatan iman dan pentingnya berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan, terutama di saat-saat genting. Ayat ini menampilkan doa Raja Asa dari Yehuda, yang menghadapi ancaman besar dari pasukan Ethiopia yang dipimpin oleh Zerah, yang jumlahnya sangat banyak. Asa dan rakyatnya merasa gentar dan tidak berdaya menghadapi kekuatan musuh yang begitu superior.

Dalam momen krusial inilah, Asa mengangkat doanya kepada Tuhan. Doa ini bukan sekadar permintaan tolong biasa, melainkan sebuah pengakuan tulus atas kedaulatan Tuhan dan keterbatasan kekuatan manusia. Asa mengakui bahwa kekuatan Tuhan tidak terbatas pada jumlah atau kekuatan fisik. Baginya, menolong dengan sedikit atau banyak orang adalah hal yang sama bagi Tuhan. Pernyataan ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang sifat Allah yang Mahakuasa, yang mampu melakukan hal-hal luar biasa di luar jangkauan logika manusia.

Lebih lanjut, Asa menyatakan bahwa mereka bersandar kepada Tuhan. Ini adalah inti dari iman yang sejati: bukan sekadar percaya, tetapi juga meletakkan seluruh harapan dan kepercayaan kepada-Nya. Ketika menghadapi situasi yang tampaknya mustahil, manusia cenderung mengandalkan kekuatan sendiri, sumber daya yang tersedia, atau bahkan sekutu. Namun, Asa memilih jalan yang berbeda. Ia sadar bahwa kekuatan sejati tidak datang dari jumlah pasukannya, melainkan dari Sumber Ilahi.

"Atas nama-Mulah kami datang melawan kerumunan orang ini." Kalimat ini menegaskan bahwa kehadiran dan keberanian mereka bukan karena kehebatan mereka sendiri, tetapi karena mereka bertindak atas perintah dan perlindungan Tuhan. Mereka melihat diri mereka sebagai alat di tangan Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya. Ini adalah sikap mental yang sangat penting dalam menghadapi tantangan, yaitu menyadari bahwa kita tidak bertarung sendirian, tetapi bersama dengan Sang Pencipta alam semesta.

Puncak dari doa Asa adalah pengakuannya, "Ya TUHAN, Engkaulah Allah kami; janganlah biarkan manusia berkuasa melawan Engkau!" Asa tidak hanya memohon agar dirinya dan rakyatnya diselamatkan, tetapi juga agar kemuliaan Tuhan tidak dipermalukan oleh musuh. Ia memohon agar Tuhan tidak membiarkan manusia yang terbatas dan fana mengungguli kuasa-Nya yang abadi. Ini adalah doa yang mendalam, yang menempatkan kehormatan Tuhan di atas segalanya.

Kisah ini, yang dilanjutkan dengan kemenangan besar yang Tuhan berikan kepada Asa, menjadi bukti nyata bahwa ketika manusia berserah sepenuhnya kepada Tuhan, hal-hal yang mustahil bisa menjadi mungkin. Pesan dari 2 Tawarikh 14:10 masih relevan hingga kini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada masalah, ketakutan, dan tantangan yang terasa begitu besar. Terkadang, kita merasa seperti Asa, kecil dan tidak berdaya. Namun, kita diingatkan bahwa kita memiliki Allah yang sama, yang kekuasaan-Nya tidak pernah berkurang. Dengan iman, doa, dan penyerahan diri, kita dapat menghadapi setiap situasi, mengetahui bahwa Tuhanlah yang akan memberikan kemenangan, bukan karena kekuatan kita, tetapi karena kasih dan kuasa-Nya.