"Dan pada tahun yang ketiga dari pemerintahannya ia menyuruh orang-orangnya pergi untuk mengajar di kota-kota Yehuda, dan bersama mereka ia menyuruh orang-orang Lewi: Shemaya, Netanya, Zebaja, Asael, Shemiramot, Yekhiel, Matiia, Eliab, Benaya, dan 'Obed-Edom, dan Yeiel. Mereka membawa kitab Taurat TUHAN keliling di seluruh Yehuda dan mengajar umat itu."
Ayat 2 Tawarikh 17:7 mencatat sebuah tindakan penting yang dilakukan oleh Raja Yosafat dari Yehuda. Di tahun ketiga pemerintahannya, Yosafat tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik atau kekuatan militer semata. Ia memahami bahwa fondasi yang kokoh bagi kerajaannya terletak pada pengetahuan dan ketaatan rakyatnya terhadap hukum Tuhan. Oleh karena itu, ia mengambil inisiatif luar biasa untuk mengirim para pengajar, yang terdiri dari orang-orang Lewi yang berpengetahuan, untuk berkeliling mengajar umat di seluruh kota-kota Yehuda. Tindakan ini menunjukkan visi kepemimpinan yang mendalam, yang menempatkan pengenalan akan Tuhan sebagai prioritas utama.
Para pengajar yang ditunjuk bukanlah sembarang orang. Mereka adalah orang-orang Lewi, yang secara khusus ditugaskan dalam pelayanan rohani dan pengajaran hukum Taurat. Nama-nama seperti Shemaya, Netanya, Zebaja, Asael, dan lainnya yang disebutkan dalam ayat tersebut, menandakan bahwa Yosafat memilih individu-individu yang memiliki otoritas dan pemahaman yang memadai. Mereka membawa "kitab Taurat TUHAN," yang berarti Firman Tuhan yang tertulis, untuk dibagikan dan dijelaskan kepada seluruh lapisan masyarakat. Ini bukan sekadar penyampaian informasi, melainkan upaya sistematis untuk mendidik umat dalam kebenaran ilahi.
Pengajaran ini memiliki dampak yang luas. Dengan membekali rakyatnya dengan pengetahuan tentang hukum Tuhan, Yosafat sedang membangun sebuah masyarakat yang berakar pada prinsip-prinsip ilahi. Hal ini akan membentuk cara pandang mereka terhadap kehidupan, moralitas, dan hubungan mereka dengan Tuhan. Ketika umat mengenal apa yang Tuhan inginkan, mereka akan lebih mampu untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, yang pada gilirannya akan membawa berkat dan ketertiban bagi kerajaan. Ini adalah contoh kepemimpinan yang proaktif dalam memastikan pertumbuhan rohani umatnya.
Kisah Yosafat ini memberikan pelajaran berharga bagi kita di masa kini. Seberapa pentingkah kita menempatkan pengenalan akan Firman Tuhan dalam kehidupan kita dan keluarga kita? Apakah kita telah mengambil langkah-langkah untuk mengajar generasi mendatang tentang kebenaran-kebenaran ilahi? Seperti Yosafat yang menyadari bahwa kekuatan sejati sebuah bangsa tidak hanya terletak pada senjata atau kekayaan, tetapi pada ketaatan umatnya kepada Tuhan, demikian pula kita dipanggil untuk menjadikan pengajaran dan pemahaman Firman Tuhan sebagai prioritas dalam hidup pribadi, keluarga, dan komunitas kita. Dengan demikian, kita dapat mengalami kedamaian, hikmat, dan berkat yang datang dari hubungan yang benar dengan Pencipta kita.