2 Tawarikh 18:1

Yosafat mempunyai kekayaan dan kemuliaan yang berlimpah, dan ia berkerabat dengan raja Ahab dari Israel.

Kemitraan yang Menguntungkan dan Berbahaya

Ayat pembuka dalam pasal ke-18 dari Kitab 2 Tawarikh, yaitu 2 Tawarikh 18:1, menyajikan sebuah gambaran awal yang tampak tenang dan penuh kemakmuran. Ayat ini menyebutkan tentang Raja Yosafat dari Yehuda yang diberkahi dengan "kekayaan dan kemuliaan yang berlimpah." Ini adalah sebuah pengakuan atas keberhasilan pemerintahannya, stabilitas kerajaannya, dan berkat yang dilimpahkan Tuhan kepadanya. Namun, ayat ini tidak berhenti di sana. Ia segera menambahkan sebuah fakta penting lainnya: "dan ia berkerabat dengan raja Ahab dari Israel." Hubungan kekerabatan ini, yang pada awalnya mungkin tampak sebagai sebuah aliansi strategis yang memperkuat kedua kerajaan, pada akhirnya akan membuka pintu bagi pengaruh yang membahayakan.

Hubungan antara Yehuda dan Israel pada masa itu sering kali rumit. Israel, kerajaan utara, telah lama terpecah dari Yehuda, kerajaan selatan, dan sering kali jatuh ke dalam penyembahan berhala serta pemberontakan terhadap Tuhan. Raja Ahab dari Israel, yang disebutkan dalam ayat ini, dikenal dalam catatan sejarah Alkitab sebagai salah satu raja yang paling jahat, khususnya karena pengaruh istrinya, Izebel, dan keterlibatannya dalam penyembahan Baal. Di sisi lain, Yosafat pada umumnya digambarkan sebagai raja yang saleh, berusaha keras untuk memulihkan ibadah yang murni di Yehuda.

Ayat 2 Tawarikh 18:1 secara ringkas menggambarkan sebuah titik persimpangan. Yosafat, sang raja yang saleh, kini menjalin hubungan dekat dengan seorang raja yang jauh dari jalan Tuhan. Kekerabatan ini bisa diartikan secara harfiah sebagai hubungan keluarga (melalui pernikahan yang terjadi di kemudian hari dalam pasal ini, Yosafat menikahkan putranya dengan putri Ahab) atau sebagai sebuah aliansi politik yang kuat. Alkitab sering kali memperingatkan umat Tuhan untuk tidak bersekutu terlalu erat dengan orang-orang yang tidak berjalan sesuai dengan firman Tuhan. "Janganlah kamu sesat; pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik" (1 Korintus 15:33).

Ayat ini menjadi fondasi bagi kisah selanjutnya dalam pasal 18. Kekerabatan ini akan membawa Yosafat pada sebuah keputusan yang fateful: membantu Ahab dalam sebuah peperangan melawan Aram di Ramot-Gilead. Meskipun Yosafat berusaha untuk mencari firman Tuhan melalui nabi-nabinya, ia akhirnya tergoda untuk mendengarkan nabi-nabi palsu Ahab yang menjanjikan kemenangan. Kebaikan dan kekayaan Yosafat, serta hubungan kekerabatannya, menjadi daya tarik yang membuatnya terseret ke dalam situasi yang berbahaya, yang akhirnya nyaris merenggut nyawanya.

Sebagai pelajaran, 2 Tawarikh 18:1 mengingatkan kita bahwa kemakmuran materi dan hubungan sosial, meskipun penting, tidak boleh mengalahkan kesetiaan kita kepada Tuhan. Kekerabatan dan aliansi haruslah dibangun di atas dasar nilai-nilai yang saleh. Terlalu sering, keinginan untuk menyenangkan orang lain atau menjaga hubungan dapat membuat kita mengkompromikan prinsip-prinsip iman kita. Raja Yosafat adalah contoh yang kuat tentang bagaimana bahkan orang yang saleh pun bisa tergoda dan menghadapi konsekuensi yang serius ketika ia tidak berhati-hati dalam memilih lingkungannya dan dalam mengambil keputusan yang bersinggungan dengan dunia yang tidak taat kepada Tuhan.