Kisah yang tercatat dalam 2 Tawarikh pasal 20:2 menyajikan sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Raja Yosafat, seorang pemimpin yang dikenal karena ketaatannya kepada Tuhan, tiba-tiba dihadapkan pada kabar yang mengerikan. Dari seberang Laut Tawar, datanglah informasi mengenai invasi besar-besaran dari Moab, Amon, dan suku-suku lain yang bersatu untuk menghancurkan Yehuda.
Berita ini tentu saja menimbulkan rasa takut dan kecemasan yang luar biasa. Bayangkanlah, sebuah kekuatan militer yang tak terhitung jumlahnya datang dengan niat jahat. Dalam situasi seperti ini, respons alami manusia adalah ketakutan, kepanikan, dan perasaan tidak berdaya. Pasukan musuh yang disebutkan digambarkan sebagai "orang banyak yang besar," sebuah ancaman yang tampak tak teratasi oleh kekuatan manusia semata.
Namun, apa yang dilakukan Raja Yosafat selanjutnya menjadi pelajaran berharga. Alih-alih panik atau mencoba mengumpulkan bala tentara yang ada untuk pertempuran yang tampaknya mustahil, Yosafat justru mengambil langkah yang berbeda. Ia "memutuskan untuk mencari TUHAN" dan "menyerukan untuk berpuasa di seluruh Yehuda." Ini adalah respons yang didasarkan pada iman, bukan pada perhitungan kekuatan militer. Ia sadar bahwa kemenangan bukan berasal dari kekuatan sendiri, melainkan dari campur tangan ilahi.
Ayat ini, 2 Tawarikh 20:2, menandai titik balik di mana ketakutan manusia mulai digantikan oleh keyakinan pada kuasa Tuhan. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi masalah, tantangan, atau musuh yang terlihat begitu besar dan menakutkan, langkah pertama yang paling bijaksana bukanlah menyerah pada kepanikan, melainkan mencari Tuhan. Mencari Tuhan berarti berdoa, merendahkan diri, mengakui keterbatasan diri, dan mempercayakan segalanya kepada-Nya.
Pengalaman Yosafat dan bangsa Yehuda menunjukkan bahwa ketika manusia berserah sepenuhnya kepada Tuhan, Dia dapat memberikan kemenangan yang luar biasa. Tentara yang besar itu pada akhirnya dikalahkan bukan oleh pedang dan tombak Yehuda, tetapi oleh campur tangan Tuhan sendiri yang membuat musuh saling menghancurkan. Ini adalah bukti nyata bahwa tidak ada kekuatan yang dapat menandingi kuasa Sang Pencipta.
Oleh karena itu, mari kita ambil pelajaran dari 2 Tawarikh 20:2. Ketika kita menghadapi situasi yang membuat kita gentar, ingatlah bahwa iman kepada Tuhan adalah senjata terkuat kita. Jangan biarkan rasa takut menguasai, tetapi berbaliklah kepada Tuhan dengan segenap hati, mencari tuntunan dan kekuatan-Nya. Percayalah, Dia sanggup memberikan kemenangan yang tak terduga dan mengubahkan ketakutan menjadi keberanian, serta keputusasaan menjadi harapan.