Ayat 2 Tawarikh 20:35 ini membuka jendela ke dalam sejarah kerajaan Yehuda pada masa Raja Yosafat. Ayat ini secara ringkas menggambarkan dua peristiwa penting: persekutuan politik dengan raja lain dan perannya dalam membangun armada laut.
Pertama, disebutkan bahwa Raja Yosafat bersekutu dengan Ahazia, raja Yehuda. Hubungan antar kerajaan pada masa itu sering kali merupakan aliansi strategis untuk keamanan dan stabilitas. Persekutuan ini bisa jadi didorong oleh berbagai faktor, seperti ancaman bersama dari musuh atau kebutuhan ekonomi. Namun, aliansi semacam ini juga bisa membawa konsekuensi, baik positif maupun negatif, tergantung pada motif dan kehati-hatian yang terlibat.
Poin kedua yang tak kalah menarik adalah peran Yosafat dalam pembangunan kapal. Disebutkan bahwa ia "mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, dan yang memimpin pembangunan kapal-kapal di Ezion-Geber." Lokasi Ezion-Geber sendiri memiliki signifikansi historis. Terletak di Laut Merah, pelabuhan ini menjadi kunci bagi kerajaan Israel dan Yehuda untuk mengakses jalur perdagangan maritim. Keterlibatan Yosafat dalam pembangunan kapal menunjukkan visi strategisnya dalam memperluas pengaruh dan kemakmuran kerajaannya melalui jalur laut.
Namun, perlu dicatat bahwa ayat ini tidak merinci lebih jauh mengenai tujuan atau hasil dari pembangunan kapal tersebut. Sejarah mencatat bahwa dalam upaya pelayaran yang pernah direncanakan Yosafat, kapal-kapal tersebut hancur di Ezion-Geber (lihat 1 Raja-raja 22:48-49). Peristiwa ini bisa menjadi pengingat akan pentingnya kebijaksanaan dan persekutuan yang murni di hadapan Tuhan. Terkadang, bahkan dengan niat baik atau strategi yang tampaknya cerdas, keberhasilan tidak selalu datang tanpa hambatan atau kegagalan.
Persekutuan dengan Ahazia, yang dikenal memiliki kecenderungan menyembah berhala dan berperilaku buruk, kemudian terbukti membawa masalah bagi Yehuda. Ini menekankan pentingnya memilih rekan dengan hati-hati, terutama dalam urusan yang berkaitan dengan kekudusan dan ketaatan kepada Tuhan. Yosafat sendiri adalah raja yang berusaha menjalankan perintah Tuhan, namun persekutuan ini menunjukkan bahwa pengaruh buruk dapat merembes, bahkan ke dalam pemerintahan yang pada dasarnya ingin berbuat benar.
Dengan demikian, 2 Tawarikh 20:35 memberikan kita sebuah pelajaran berharga tentang hubungan internasional, ambisi ekonomi melalui jalur laut, serta peringatan tentang pentingnya integritas dalam persekutuan dan pengambilan keputusan strategis. Hal ini mengajarkan kita untuk selalu mencari hikmat ilahi dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kebenaran dalam segala aspek kehidupan, baik pribadi maupun pemerintahan.