2 Tawarikh 20:37

"Tetapi Elieser, anak Dodawa, dari Maresa, membuat rencana untuk berlayar ke Tarsis, lalu ia berkata kepada Yosafat: "Oleh karena TUHAN telah menghancurkan kapal-kapalmu, maka kapal-kapal yang kau buat itu tidak berguna. Kapal-kapal itu pecah dan tidak dapat berlayar ke Tarsis.""

Kebijaksanaan dalam Menghadapi Kegagalan

Ayat 2 Tawarikh 20:37 menceritakan sebuah momen krusial dalam pemerintahan Raja Yosafat dari Yehuda. Setelah memenangkan pertempuran besar melawan koalisi musuh yang mengancam kerajaannya, Yosafat tampaknya sedang dalam masa pemulihan dan perencanaan. Namun, sebuah kejadian tak terduga menimpa armada kapalnya yang seharusnya berlayar ke Tarsis untuk melakukan perdagangan. Kapal-kapal tersebut rusak parah dan tidak dapat digunakan.

Dalam situasi seperti ini, reaksi pertama mungkin adalah kekecewaan mendalam, bahkan keputusasaan. Yosafat telah menginvestasikan sumber daya, waktu, dan harapan pada ekspedisi dagang ini. Namun, teguran dari Elieser, seorang nabi atau penasihat yang memiliki pandangan ilahi, menjadi titik penting dalam narasi ini. Elieser dengan tegas menyatakan bahwa kerusakan kapal tersebut adalah akibat dari tindakan atau keputusan yang tidak sesuai dengan kehendak TUHAN.

Pernyataan Elieser bukan sekadar sebuah ramalan atau penilaian. Ini adalah sebuah peringatan yang mendalam. Ia menunjukkan bahwa bahkan dalam urusan duniawi seperti perdagangan, hubungan dengan Tuhan tetap menjadi landasan utama. Keberhasilan tidak semata-mata bergantung pada kemampuan strategi atau sumber daya manusia, melainkan juga pada keselarasan dengan kehendak ilahi. Kegagalan armada kapal ini menjadi cermin bahwa ada sesuatu yang perlu dikoreksi dalam pendekatan Yosafat.

Pelajar yang Berharga dari Kehancuran

Kisah ini mengajarkan kita pelajaran yang sangat berharga. Pertama, bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya, melainkan seringkali merupakan kesempatan untuk introspeksi dan perbaikan. Yosafat diperhadapkan pada kenyataan pahit bahwa rencananya yang matang bisa saja berbenturan dengan kehendak Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa kita perlu selalu memohon hikmat dan pimpinan Tuhan dalam setiap langkah kehidupan, termasuk dalam keputusan-keputusan yang tampak bersifat praktis.

Kedua, ayat ini menekankan pentingnya mendengarkan suara nabi atau para penasihat yang berbicara dengan kebenaran ilahi. Elieser mewakili suara kebenaran yang bisa menolong kita melihat perspektif yang lebih luas, melampaui keterbatasan pandangan kita sendiri. Seringkali, kita terlalu sibuk dengan rencana kita sendiri sehingga mengabaikan nasihat yang datang dari sumber yang lebih bijaksana.

Ketiga, kisah ini memberikan harapan. Meskipun kapal-kapal Yosafat hancur, Tuhan tidak meninggalkan dia. Sebaliknya, Dia memberikan kesempatan untuk mengoreksi jalan dan mencari cara yang lebih berkenan di hadapan-Nya. Pelajaran yang didapat Yosafat dari kegagalan ini kemungkinan besar akan membuatnya lebih berhati-hati dan lebih mengandalkan Tuhan dalam setiap usahanya di masa depan. Ayat ini menjadi pengingat bahwa di balik setiap peristiwa yang tampaknya negatif, selalu ada peluang untuk pertumbuhan rohani dan penyesuaian arah hidup yang lebih baik.