2 Tawarikh 20 7: Sumber Kekuatan di Tengah Tantangan

"Bukankah Engkau, ya Allah kami, telah menghukum penduduk negeri ini, lalu Engkau berikan negeri ini kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu, untuk selama-lamanya?"

Firman Tuhan dalam 2 Tawarikh 20:7 bukan sekadar pengingat historis, tetapi sebuah pernyataan iman yang mendalam. Ayat ini diucapkan oleh Raja Yehosafat dalam momen genting ketika ia dan seluruh rakyat Yehuda menghadapi ancaman invasi yang sangat besar dari pasukan Moab, Amon, dan Meun. Dalam situasi yang nyaris tanpa harapan ini, Yehosafat tidak mengandalkan kekuatan militer atau strategi manusia semata. Sebaliknya, ia mengangkat pandangannya kepada Allah, mengingatkan Diri-Nya dan seluruh umat tentang perjanjian kekal dan kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.

Frasa "Engkau, ya Allah kami" menunjukkan pengakuan yang tulus atas kedaulatan Allah. Yehosafat mengakui bahwa Allah Israel adalah Allah mereka, bukan dewa asing yang tidak memiliki kuasa. Ini adalah fondasi keberanian di tengah ketakutan. Ketika kita menyadari siapa Allah kita – Pencipta, Pemelihara, Penebus – kita bisa menghadapi badai kehidupan dengan keyakinan yang berakar pada kebenaran-Nya.

Selanjutnya, Yehosafat merujuk pada tindakan Allah di masa lalu: "telah menghukum penduduk negeri ini". Ini adalah pengingat akan keadilan Allah dan bagaimana Dia telah membebaskan umat-Nya dari penindasan. Allah bukan hanya Allah yang berkuasa, tetapi juga Allah yang adil dan setia pada janji-Nya. Tindakan-Nya di masa lalu adalah jaminan bagi masa kini dan masa depan. Ketika kita merasa terancam atau putus asa, mengingat bagaimana Allah telah menolong kita dan umat-Nya sebelumnya dapat memulihkan harapan dan memperkuat iman kita.

IMAN DI TENGAH TANTANGAN

Kalimat penutup, "lalu Engkau berikan negeri ini kepada keturunan Abraham, sahabat-Mu, untuk selama-lamanya?", menegaskan kembali janji Allah. Abraham, yang disebut sebagai "sahabat Allah", menerima janji tanah ini sebagai warisan kekal bagi keturunannya. Ini menunjukkan bahwa kepemilikan atas tanah dan berkat Allah bukanlah sesuatu yang rapuh, melainkan sesuatu yang dijamin oleh perjanjian ilahi. Bahkan ketika umat Allah tampak lemah dan tidak berdaya, kesetiaan Allah pada perjanjian-Nya adalah sumber kekuatan dan kemenangan yang sejati.

Dalam kehidupan modern yang penuh dengan tekanan dan ketidakpastian, ayat 2 Tawarikh 20:7 memberikan pelipur lara dan dorongan yang kuat. Ia mengajarkan kita untuk mengalihkan pandangan dari kesulitan yang ada dan mengarahkannya kepada Allah yang Maha Kuasa dan Maha Setia. Seperti Yehosafat, mari kita ingatkan diri kita akan kebesaran Allah, tindakan-Nya di masa lalu, dan janji-janji-Nya yang tak pernah gagal. Dengan demikian, kita dapat menghadapi tantangan apapun dengan iman yang teguh, mengetahui bahwa sumber kekuatan sejati kita ada pada Dia.