2 Tawarikh 20:8

"Dan sekarang, sesungguhnya orang Amon, Moab dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang Engkau tidak izinkan orang Israel untuk menyerangnya, ketika mereka datang dari tanah Mesir, tetapi mereka membiarkan mereka dan tidak membinasakan mereka, --"
Kekuatan dalam Iman 2 Tawarikh 20

Ayat 2 Tawarikh 20:8 ini, yang dibacakan oleh Raja Yosafat di hadapan umat Yehuda, bukanlah sebuah narasi tanpa makna. Sebaliknya, ayat ini berfungsi sebagai pengingat penting mengenai perintah ilahi yang pernah diberikan kepada bangsa Israel saat mereka keluar dari tanah Mesir. Perintah tersebut adalah untuk tidak memerangi atau membinasakan bangsa-bangsa Amon, Moab, dan pegunungan Seir. Ada alasan kuat di balik larangan ini, yang sering kali berkaitan dengan rencana Tuhan yang lebih besar dan sifat umat pilihan-Nya.

Penting untuk dipahami bahwa Tuhan tidak pernah memberikan perintah yang sewenang-wenang. Perintah untuk tidak menyerang bangsa-bangsa ini, meskipun tampak kontradiktif dengan penaklukan tanah Kanaan, memiliki tujuan. Mungkin ini adalah ujian ketaatan, atau cara untuk memastikan bahwa bangsa Israel tidak menjadi sombong atau mengandalkan kekuatan militer mereka semata. Yang terpenting, mereka diperintahkan untuk 'membiarkan mereka' dan 'tidak membinasakan mereka'. Ini menunjukkan sebuah prinsip dasar dalam hubungan Tuhan dengan umat manusia: campur tangan Tuhan sering kali terjadi bukan karena kita kuat, tetapi karena kita bergantung pada-Nya.

Ketika Raja Yosafat dan rakyatnya menghadapi ancaman besar dari pasukan gabungan Amon, Moab, dan Seir, yang jumlahnya jauh melebihi mereka, mereka teringat akan perintah ini. Teringat akan sejarah ini memicu sebuah kesadaran: meskipun mereka diperintahkan untuk tidak menyerang bangsa-bangsa ini di masa lalu, kini bangsa-bangsa itulah yang datang untuk menghancurkan mereka. Ini adalah ironi yang tajam dan menjadi latar belakang bagi doa Yosafat yang penuh iman.

Ayat ini menjadi landasan bagi Yosafat untuk melanjutkan doanya. Ia tidak menggunakan ayat ini sebagai alat untuk membalas dendam atau mengeluh atas masa lalu. Sebaliknya, ia menggunakannya sebagai pengingat akan otoritas Tuhan dan keadilan-Nya. Dengan mengingatkan Tuhan tentang perintah-Nya yang dahulu diberikan, Yosafat menegaskan bahwa situasi saat ini adalah hasil dari pergerakan yang berlawanan dengan kehendak Tuhan di masa lalu. Dengan kata lain, bangsa-bangsa yang dulu diizinkan untuk hidup kini bangkit melawan umat Tuhan.

Keseluruhan konteks 2 Tawarikh 20 mengajarkan kita pelajaran berharga tentang iman, ketaatan, dan bagaimana menghadapi musuh. Yosafat tidak hanya mengandalkan ingatan sejarah, tetapi ia membawa situasi saat ini ke hadapan Tuhan dengan iman yang teguh. Ayat 8 ini adalah bagian dari pengantar doanya, sebuah pengakuan akan sejarah yang diatur oleh Tuhan, dan sebuah fondasi untuk memohon pertolongan-Nya yang luar biasa. Ketika kita menghadapi kesulitan, mengingat kebaikan dan ketetapan Tuhan di masa lalu dapat memperkuat iman kita untuk menghadapi tantangan di masa kini. Tuhan tetap setia, bahkan ketika keadaan tampak genting.