Ayat Kejadian 48:2 ini merangkum sebuah momen penting dalam kisah Yakub, salah satu tokoh sentral dalam Perjanjian Lama. Dalam ayat ini, Yakub, yang kini telah tua dan penglihatannya mulai kabur, memanggil putra kesayangannya, Yusuf, untuk memberinya berkat yang sangat istimewa. Kejadian ini terjadi ketika Yakub telah pindah ke Mesir dan tinggal bersama keluarganya di sana. Momen ini bukan sekadar sebuah ucapan selamat tinggal, melainkan sebuah penegasan atas janji ilahi yang telah diturunkan dari Abraham, Ishak, hingga dirinya.
Latar belakang dari berkat ini sangat kaya. Yakub, yang nama aslinya adalah Israel, adalah patriark yang dikasihi Allah. Ia telah melalui banyak cobaan dan tantangan dalam hidupnya, termasuk perseteruannya dengan saudaranya Esau, pelariannya, kerja kerasnya di Haran, dan akhirnya pertemuannya kembali dengan Esau. Namun, di setiap fase kehidupan, Allah selalu menyertainya dan mengukuhkan janji-Nya. Pernyataan Yakub bahwa "Allah Yang Mahakuasa telah menampakkan diri kepadaku di Lus, di tanah Kanaan, dan Ia memberkati aku" merujuk pada pengalaman pribadinya yang mendalam dengan Tuhan. Lus, yang kemudian dikenal sebagai Betel, adalah tempat di mana Yakub pernah bermimpi tentang tangga ke surga dan mendengar janji Allah mengenai keturunannya. Pengalaman ini menjadi fondasi spiritual yang kuat bagi Yakub sepanjang hidupnya.
Makna Mendalam Berkat Yakub
Dalam konteks Kejadian 48:2, berkat yang diberikan Yakub kepada Yusuf memiliki signifikansi teologis yang besar. Yakub tahu bahwa dia akan segera meninggal, dan sebelum kematiannya, dia ingin memastikan bahwa hak-hak istimewa keturunan yang dijanjikan Allah diteruskan dengan benar. Meskipun Yusuf memiliki dua anak, Efraim dan Manasye, yang menjadi ayah dari dua suku di Israel, Yakub secara khusus menempatkan tangan kanannya (tangan berkat) di atas kepala Efraim, yang lebih muda, meskipun secara tradisi yang lebih tua yang seharusnya menerima berkat utama. Tindakan ini menunjukkan campur tangan ilahi dan pengakuan Allah atas kehendak-Nya yang melampaui adat istiadat manusia.
Pentingnya Kejadian 48:2 juga terletak pada penegasan kembali identitas Yusuf sebagai bagian dari umat pilihan Allah. Meskipun Yusuf hidup di Mesir dan mengalami berbagai posisi, mulai dari budak hingga orang kepercayaan Firaun, dia tidak pernah melupakan akar spiritualnya. Berkat Yakub memastikan bahwa keturunan Yusuf akan menjadi bagian integral dari bangsa Israel yang dijanjikan Allah. Ini adalah pengakuan atas kesetiaan Yusuf kepada Allah di tengah lingkungan asing dan godaan dunia.
Lebih jauh lagi, berkat ini mencerminkan bagaimana Allah bekerja dalam sejarah keselamatan-Nya. Dia memilih individu dan keluarga untuk mewujudkan rencana-Nya. Yakub, melalui pengalamannya yang pribadi dengan "Allah Yang Mahakuasa" di Lus, menjadi saluran berkat ilahi. Kisah ini mengingatkan kita bahwa janji-janji Allah tidak pernah gagal, dan Ia selalu setia pada firman-Nya. Bahkan dalam situasi yang tampaknya rumit, seperti penempatan tangan Yakub, terlihat bahwa tujuan ilahi tetap tergenapi. Ayat ini menjadi saksi bisu dari kontinuitas kasih karunia Allah dari satu generasi ke generasi berikutnya.