2 Tawarikh 21 12 - Tuhan Mengingat Janji-Nya

"Maka datanglah surat kepadamu dari Nabi Elia, seorang nabi, bunyinya: Beginilah firman TUHAN, Allah nenekmu Daud: Karena engkau tidak hidup seperti Hizkia, ayahmu, dan seperti Asa, ayahmu, dengan setia mengikuti TUHAN, melainkan engkau telah berbuat kejahatan, dan mengalahkan bangsamu, dan juga membunuh saudara-saudaramu yang lebih baik daripadamu, sebab itu TUHAN akan mendatangkan malapetaka besar atas rakyatmu, atas anak-anakmu, atas isteri-isterimu, dan atas segala hartamu."
Peringatan dan Harapan Firman Tuhan Mengingatkan
Ilustrasi: Pesan ilahi yang datang melalui nabi Elia

Ayat 2 Tawarikh 21:12 merupakan sebuah pernyataan yang tegas dari Tuhan yang disampaikan melalui nabi Elia kepada Raja Yoram. Ayat ini bukan hanya sekadar catatan sejarah tentang kejatuhan seorang raja, melainkan sebuah pengingat yang mendalam tentang konsekuensi dari keputusan-keputusan hidup yang menyimpang dari jalan Tuhan. Dalam konteks sejarah Kerajaan Yehuda, Yoram adalah raja yang memerintah setelah kematian ayahnya, Yehosafat, yang dikenal sebagai raja yang saleh. Namun, Yoram memilih jalan yang berbeda, dipengaruhi oleh permaisurinya, Atalya, yang membawa pengaruh agama asing dan praktik-praktik penyembahan berhala yang bertentangan dengan hukum Taurat.

Surat dari Nabi Elia ini menekankan dua poin penting. Pertama, ia menyoroti perbandingan yang kontras antara Yoram dengan para leluhurnya yang saleh, seperti Hizkia dan Asa. Kedua nabi ini dikenal karena kesetiaan mereka kepada Tuhan. Elia mengingatkan Yoram bahwa ia telah gagal meneladani ketaatan nenek moyangnya, sebaliknya memilih jalan kejahatan. Kejahatan yang dilakukan Yoram tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga merembet pada bangsanya. Tindakan kekerasan dan penindasan terhadap rakyatnya, serta pembunuhan terhadap saudara-saudaranya yang lebih baik darinya, menunjukkan betapa jauhnya ia telah terjerumus dalam kegelapan dosa.

Inti dari firman Tuhan yang disampaikan Elia adalah tentang janji dan konsekuensi. Tuhan, dalam keadilan-Nya, tidak akan membiarkan kejahatan berlalu begitu saja. Ia menjanjikan malapetaka besar yang akan menimpa Yoram, keluarganya, dan seluruh harta miliknya. Malapetaka ini bukan hukuman yang sewenang-wenang, melainkan respons ilahi terhadap pengabaian terang-terangan terhadap perintah-Nya dan kesetiaan kepada berhala. Ayat ini secara implisit mengajarkan bahwa kesetiaan kepada Tuhan membawa berkat dan perlindungan, sementara ketidaktaatan berujung pada kehancuran.

Meskipun ayat ini berbicara tentang hukuman, ia juga secara tidak langsung mengandung unsur janji Tuhan yang lain. Tuhan mengingatkan Yoram melalui Elia karena Tuhan ingat akan janji-Nya kepada Daud, nenek moyangnya, mengenai garis keturunan yang akan memerintah Israel. Peringatan ini diberikan sebagai kesempatan terakhir bagi Yoram untuk bertobat. Namun, sejarah mencatat bahwa Yoram tidak berbalik dari kejahatannya. Meskipun demikian, ayat ini menjadi saksi bisu bahwa Tuhan selalu memberikan peringatan dan kesempatan sebelum murka-Nya dilimpahkan.

Kisah Yoram dalam 2 Tawarikh 21 mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan dalam perjalanan iman. Pemimpin, baik dalam rumah tangga maupun dalam masyarakat, memiliki tanggung jawab besar untuk memimpin dengan integritas dan takut akan Tuhan. Keputusan-keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin dapat membawa dampak yang luas, baik positif maupun negatif. Ayat ini juga menegaskan bahwa Tuhan melihat dan mendengar segala sesuatu. Ia menuntut pertanggungjawaban atas setiap tindakan kita, namun Ia juga adalah Tuhan yang penuh kasih dan belas kasihan, yang selalu membuka pintu pertobatan bagi siapa saja yang mau berbalik kepada-Nya.