2 Tawarikh 22 7: Peringatan Nabi Kepada Raja Ahazia

"Dan lihatlah, kebinasaan datang dari pada TUHAN kepada Ahazia sebagai perintah untuk bertindak jahat, untuk bertindak melawan TUHAN."

Ayat dari Kitab 2 Tawarikh pasal 22 ayat 7 ini membawa kita pada sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah peringatan keras yang disampaikan oleh seorang nabi kepada Raja Ahazia. Perintah untuk bertindak jahat dan melawan Tuhan menjadi inti dari teguran ini, menyoroti konsekuensi fatal dari keputusan yang menyimpang dari jalan kebenaran ilahi.

Raja Ahazia, setelah menggantikan ayahnya, Yoram, naik takhta dalam usia yang masih muda. Ia menjadi raja Yehuda yang kesepuluh. Sayangnya, jalan hidup yang ia tempuh tidak sesuai dengan bimbingan Tuhan. Dalam catatan Alkitab, Ahazia digambarkan mengikuti jejak keluarga ibunya, Atalya, yang jelas-jelas menganut penyembahan berhala dan melakukan banyak kejahatan di mata Tuhan. Perikop ini menjadi saksi bisu bagaimana kesalahan generasi sebelumnya dapat memengaruhi bahkan menghancurkan generasi penerusnya jika tidak ada koreksi dan pertobatan.

Pesan nabi yang tegas ini menekankan bahwa kebinasaan yang datang bukanlah semata-mata sebuah kebetulan atau nasib buruk. Sebaliknya, hal itu adalah konsekuensi langsung dari tindakan Ahazia yang berani menentang Tuhan. Kata "diperintahkan" atau "sebagai perintah" dalam terjemahan lain menunjukkan bahwa malapetaka tersebut merupakan bagian dari rencana ilahi sebagai respons terhadap dosa Raja Ahazia. Ini adalah pengingat yang kuat bahwa Tuhan tidak mengabaikan ketidaktaatan umat-Nya, terutama mereka yang memegang posisi kepemimpinan dan seharusnya menjadi teladan.

Jalan Kebenaran vs Jalan Kesesatan Jalan Tuhan Jalan Ahazia
Ilustrasi visual perbandingan jalan kebenaran ilahi dan jalan kesesatan yang ditempuh Ahazia.

Pesan ini juga mengajarkan tentang pentingnya ketaatan. Ketaatan kepada Tuhan bukan hanya soal ritual atau ibadah, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk keputusan politik dan moral. Ketika seorang pemimpin, seperti Raja Ahazia, mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran Tuhan, ia tidak hanya membahayakan dirinya sendiri tetapi juga seluruh rakyat yang dipimpinnya. Sejarah mencatat bahwa masa pemerintahan Ahazia sangat singkat dan berakhir tragis, di mana ia terbunuh dalam perjalanan ke pertempuran. Ini adalah bukti nyata bahwa ketidaktaatan terhadap Tuhan selalu membawa konsekuensi yang merusak.

Oleh karena itu, 2 Tawarikh 22:7 berfungsi sebagai pengingat abadi bagi setiap individu, terutama bagi mereka yang berada dalam posisi otoritas. Ia mengajarkan bahwa kedaulatan Tuhan mencakup segala aspek kehidupan. Menentang kehendak-Nya adalah tindakan yang sia-sia dan berujung pada kehancuran. Sebaliknya, mengikuti jalan kebenaran-Nya, sekalipun terkadang sulit, adalah jaminan akan perlindungan dan berkat ilahi. Peringatan ini mendorong kita untuk terus memeriksa hati dan tindakan kita, memastikan bahwa kita berjalan dalam ketaatan kepada Tuhan, agar kita tidak mendapati diri kita menghadapi "kebinasaan datang dari pada TUHAN".