Ulangan 29:26

"Karena mereka meninggalkan perjanjian TUHAN, Allah nenek moyang mereka, yang telah dibuat-Nya dengan mereka pada waktu Ia melepaskan mereka dari tanah Mesir."
Simbol perjanjian dan keberadaan ilahi P'}a PERJANJIAN Mesir Tanah Kanaan

Ayat Ulangan 29:26 berbicara tentang konsekuensi dari mengabaikan perjanjian yang telah dibuat antara Tuhan dan umat-Nya. Perjanjian ini bukanlah sekadar kesepakatan biasa, melainkan fondasi dari hubungan antara Sang Pencipta dan ciptaan-Nya, yang secara spesifik dijalin pada momen krusial pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tuhan berfirman, "Karena mereka meninggalkan perjanjian TUHAN, Allah nenek moyang mereka, yang telah dibuat-Nya dengan mereka pada waktu Ia melepaskan mereka dari tanah Mesir."

Kata kunci "meninggalkan" menunjukkan adanya tindakan yang disengaja, sebuah penolakan terhadap ikatan suci yang telah dibentuk. Perjanjian ini mencakup janji-janji Tuhan yang luar biasa, termasuk perlindungan, bimbingan, dan tanah perjanjian. Namun, sebagai timbal baliknya, umat diminta untuk setia, taat, dan menjaga kesucian hubungan tersebut. Ketika umat memilih untuk berpaling dari perintah-perintah Tuhan, menyembah berhala, atau hidup dalam ketidaktaatan, mereka secara efektif memutuskan tali perjanjian tersebut.

Konteks ayat ini menyoroti keseriusan ketidaksetiaan. Peninggalan perjanjian ini bukanlah pelanggaran kecil, melainkan penghancuran dasar dari segala berkat yang telah dan akan diberikan. Akibatnya, seperti yang seringkali dijelaskan dalam Kitab Ulangan dan kitab-kitab lain dalam Alkitab, adalah datangnya hukuman dan pemisahan dari hadirat Tuhan. Hal ini bisa berwujud kehilangan tanah perjanjian, penawanan, atau berbagai bentuk kesukaran yang menjadi cerminan dari rusaknya hubungan dengan sumber kehidupan dan berkat sejati.

Ulangan 29:26 berfungsi sebagai peringatan abadi. Di dalamnya terkandung pelajaran penting bahwa hubungan dengan Tuhan tidak bisa ditawar-tawar atau dianggap remeh. Kesetiaan kepada-Nya, yang tercermin dalam ketaatan pada firman-Nya dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, adalah kunci untuk mempertahankan berkat dan kasih karunia-Nya. Perjanjian Tuhan teguh dan tidak berubah, namun respon manusia terhadapnya sangat menentukan nasib mereka.

Bagi kita saat ini, ayat ini tetap relevan. Perjanjian baru yang telah ditegakkan melalui Yesus Kristus memberikan kesempatan yang lebih mulia untuk hidup dalam hubungan yang dipulihkan dengan Tuhan. Namun, prinsip ketidaktaatan dan konsekuensinya masih berlaku. Memelihara iman, bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus, dan hidup dalam kasih serta ketaatan adalah cara kita menghormati perjanjian baru tersebut dan menikmati berkat-berkat kekal yang dijanjikan oleh Tuhan, Sang Pembuat Perjanjian yang setia. Jangan sampai kita, seperti nenek moyang kita, memilih untuk meninggalkan jalan terang yang telah disediakan.