2 Tawarikh 23:18 - Pelayanan Harun & Hizkia

Dan Hizkia mengangkat imam-imam dan orang-orang Lewi menurut golongan mereka, masing-masing dalam tugasnya, untuk berbakti di rumah TUHAN dengan mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, seperti tertulis dalam Taurat TUHAN.

Ayat 2 Tawarikh 23:18 membuka jendela ke dalam sebuah periode penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya pada masa pemerintahan Raja Hizkia. Ayat ini bukan sekadar catatan historis, melainkan sebuah ilustrasi tentang pemulihan dan penegakan kembali ibadah yang benar di hadapan Tuhan. Setelah masa-masa kegelapan di bawah pemerintahan raja-raja sebelumnya, yang sering kali menoleransi atau bahkan mempromosikan penyembahan berhala, Hizkia datang sebagai seorang pemimpin yang bertekad untuk mengembalikan umat kepada ketaatan kepada Tuhan.

Penekanan utama dalam ayat ini adalah pada pengangkatan kembali imam-imam dan orang-orang Lewi. Ini menandakan revitalisasi sistem imamat yang telah terabaikan atau dikorupsi. Orang-orang Lewi, yang bertanggung jawab atas pelayanan di Bait Suci, dipanggil kembali untuk menjalankan tugas mereka sesuai dengan ketetapan yang telah diberikan Tuhan melalui Musa. Pemulihan ini sangat krusial karena tanpa pelayanan imamat yang terorganisir dan setia, ibadah yang benar tidak dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan bahwa mereka diatur "menurut golongan mereka, masing-masing dalam tugasnya". Hal ini menunjukkan adanya tatanan dan organisasi dalam pelayanan. Sejak zaman Raja Daud, pelayanan di Bait Suci telah diorganisir ke dalam berbagai golongan agar setiap tugas dapat dilaksanakan dengan efisien dan tertib. Hizkia melanjutkan dan menegakkan kembali tatanan ini, memastikan bahwa tidak ada kekacauan, melainkan setiap orang mengetahui perannya dan menjalankan tanggung jawabnya dengan setia. Ketaatan pada struktur yang telah ditetapkan oleh Tuhan sendiri adalah bukti dari kesungguhan hati Hizkia dalam memulihkan ibadah.

Fungsi utama dari penataan kembali ini adalah untuk "berbakti di rumah TUHAN dengan mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN". Persembahan korban bakaran adalah inti dari ibadah Perjanjian Lama, yang melambangkan penyerahan diri total kepada Tuhan dan penebusan dosa. Dengan dipersembahkannya korban bakaran secara teratur dan benar, umat diingatkan akan kehendak Tuhan dan kebutuhan mereka akan pengampunan. Ini juga merupakan cara bagi umat untuk menunjukkan syukur dan penghormatan mereka kepada Sang Pencipta.

Penting untuk dicatat bahwa seluruh pelayanan ini dilakukan "seperti tertulis dalam Taurat TUHAN". Frasa ini menggarisbawahi otoritas Kitab Suci sebagai panduan utama dalam ibadah. Hizkia tidak menciptakan sistem ibadah baru, melainkan mengembalikan umat pada praktik-praktik yang telah diwahyukan Tuhan. Ini adalah prinsip penting yang harus selalu dijunjung tinggi: ibadah yang berkenan kepada Tuhan harus didasarkan pada firman-Nya, bukan pada tradisi manusia atau keinginan pribadi. Pemulihan Hizkia adalah contoh bagaimana ketaatan kepada firman Tuhan adalah fondasi dari spiritualitas yang sehat. Melalui pemulihan pelayanan imamat dan penegakan ibadah sesuai Taurat, Hizkia membawa umatnya kembali ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan, yang membawa berkat dan kedamaian bagi seluruh kerajaan.