Representasi visual dari kisah Yehoas dan pengorbanannya.
"Pada masa pemerintahan Yehoas, raja Yehuda, raja muda ini bertindak benar di hadapan TUHAN seumur hidupnya, oleh karena bimbingan imam Yoyada."
Kitab 2 Tawarikh pasal 24 mengisahkan perjalanan raja Yehoas dari Yehuda, seorang pemimpin yang hidupnya dipengaruhi secara signifikan oleh pembimbingnya, Imam Yoyada. Kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya kepemimpinan yang saleh dan konsekuensi dari pilihan yang diambil.
Di awal pemerintahannya, Yehoas dikenal sebagai raja yang melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Hal ini bukan semata-mata karena kemampuan pribadinya, melainkan karena pengaruh kuat dan positif dari Imam Yoyada. Di bawah didikan Yoyada, Yehoas mempelajari prinsip-prinsip kebenaran dan kesalehan. Ia bahkan berhasil mengembalikan ibadah kepada TUHAN setelah masa-masa kelam di bawah kekuasaan ibunya, Atalya, yang mempraktikkan penyembahan Baal. Yehoas memerintahkan perbaikan dan pemulihan Bait Suci yang telah dinajiskan oleh para pendahulunya.
Salah satu tindakan paling menonjol dari pemerintahan Yehoas adalah upaya pemulihan Bait Suci yang telah rusak dan terbengkalai. Ia memerintahkan pengumpulan sumbangan dari seluruh Yehuda untuk mendanai perbaikan tersebut. Rakyat memberikan kontribusi dengan sukarela, dan para imam serta Lewi bekerja keras untuk mengumpulkan dan menyalurkan dana. Proses ini menunjukkan adanya kesatuan dan komitmen dalam masyarakat untuk kembali kepada TUHAN dan menghormati tempat ibadah-Nya. Keberhasilan dalam memulihkan Bait Suci ini menjadi simbol pemulihan spiritual bangsa.
Namun, titik balik dalam kisah Yehoas terjadi setelah kematian Imam Yoyada. Tanpa bimbingan bijak yang mengarahkannya, Yehoas mulai menyimpang dari jalan TUHAN. Ia dikelilingi oleh para pembesar Yehuda yang mempengaruhinya untuk kembali kepada praktik-praktik yang tidak berkenan kepada TUHAN. Akibatnya, Yehoas dan para pembesarnya mengabaikan hukum-hukum TUHAN dan mulai menyembah berhala. Tindakan ini menandai sebuah kemunduran spiritual yang signifikan.
Sebagai akibat dari pengabaian mereka terhadap TUHAN, Allah mengutus para nabi untuk menegur mereka. Namun, Yehoas dan para pembesarnya tidak mau mendengarkan. Puncak dari ketidaktaatan ini adalah ketika mereka menganiaya dan bahkan membunuh Zakharia, putra Imam Yoyada, yang berseru kepada mereka dengan tegas berdasarkan perintah TUHAN. Perbuatan keji ini menjadi batas kesabaran Allah.
Akhirnya, TUHAN mendatangkan tentara Aram untuk menyerang Yehuda. Meskipun tentara Aram ini jumlahnya lebih sedikit, mereka berhasil mengalahkan tentara Yehuda yang besar. Hal ini terjadi karena Yehuda telah meninggalkan TUHAN, Allah nenek moyang mereka. Tentara Aram menjarah semua harta benda yang berharga dari Yerusalem, termasuk persembahan-persembahan yang telah dikumpulkan untuk Bait Suci, dan mengirimkannya kepada raja Damsyik. Mereka bahkan membunuh semua pemimpin rakyat.
Kisah Yehoas dalam 2 Tawarikh 24 mengingatkan kita bahwa kepemimpinan yang saleh dan bimbingan yang benar sangat penting. Pengaruh Yoyada membawa berkat besar bagi Yehoas dan bangsa itu. Namun, ketika pengaruh baik itu hilang dan digantikan oleh pengaruh yang buruk, konsekuensinya bisa sangat menghancurkan. Kisah ini juga menekankan bahwa ketidaktaatan kepada TUHAN, sekecil apapun itu, akan selalu membawa akibat. Kesetiaan kepada Allah adalah fondasi utama bagi kemakmuran dan kedamaian, baik bagi individu maupun sebuah bangsa.