Adapun mengenai rekening dan masalah kekayaan Bait Allah yang dikumpulkan oleh imam besar Yoyada, mereka mencatatnya dalam setiap catatan. Lalu orang-orang yang setia kepadanya menyingkirkan perampok dan pengacau, dan mereka menyerahkan pengelolaan dan pengawasan kepada imam-imam dan para imam yang bertugas di mezbah. Mereka memberikan persembahan itu kepada para tukang yang menangani pekerjaan rumah TUHAN.
Kisah yang tercatat dalam 2 Tawarikh 24:26 membuka jendela yang menarik ke dalam pengelolaan Bait Suci di Yerusalem, khususnya di bawah kepemimpinan Imam Besar Yoyada. Ayat ini bukan sekadar catatan administrasi; ia menyoroti pentingnya integritas, kesetiaan, dan bagaimana iman yang kokoh dapat mengatasi tantangan, bahkan perampokan dan kekacauan. Di tengah upaya pemulihan dan pembangunan kembali, terutama setelah periode kelalaian ibadah, kepemimpinan Yoyada menjadi mercusuar harapan.
Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa "mereka mencatatnya dalam setiap catatan". Tindakan ini menunjukkan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang tinggi dalam pengumpulan dan pengelolaan dana yang dipersembahkan untuk Bait Allah. Di era ketika pencatatan mungkin dilakukan secara manual, dedikasi untuk mencatat setiap detail mencerminkan rasa hormat yang mendalam terhadap kekudusan Bait Suci dan pekerjaan yang dilakukan di dalamnya. Ini adalah fondasi penting untuk memastikan bahwa setiap persembahan digunakan sesuai dengan tujuannya: pemeliharaan dan kemuliaan rumah Tuhan.
Lebih lanjut, ayat tersebut menyatakan bahwa "orang-orang yang setia kepadanya menyingkirkan perampok dan pengacau". Ini mengindikasikan adanya kekuatan oposisi atau individu yang mencoba menyalahgunakan atau merampok kekayaan Bait Suci. Namun, kesetiaan dan keberanian orang-orang yang mendukung Yoyada memungkinkan mereka untuk melindungi harta benda tersebut. Ini adalah gambaran kuat tentang bagaimana iman yang hidup tidak pasif, melainkan aktif dalam mempertahankan apa yang benar dan kudus dari ancaman eksternal maupun internal. Keberanian mereka adalah manifestasi dari keyakinan mereka pada kehendak Tuhan dan pentingnya pekerjaan Bait Suci.
Proses pengelolaan kemudian diserahkan kepada "imam-imam dan para imam yang bertugas di mezbah". Ini menunjukkan pembagian tugas yang terorganisir, di mana para pemimpin rohani secara langsung mengawasi penggunaan dana untuk keperluan ibadah dan pemeliharaan. Ayat ini menekankan bahwa persembahan tersebut secara langsung "diberikan kepada para tukang yang menangani pekerjaan rumah TUHAN". Ini menegaskan bahwa tujuan akhir dari semua pengumpulan dana adalah untuk mendukung pekerjaan konstruksi, perbaikan, dan pemeliharaan fisik Bait Suci itu sendiri, serta untuk kelancaran pelayanan ibadah.
Dalam konteks yang lebih luas, 2 Tawarikh 24:26 menjadi pengingat abadi bahwa menjaga integritas dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada kita adalah bagian integral dari ketaatan kepada Tuhan. Ini mengajarkan kita tentang pentingnya pencatatan yang cermat, perlindungan terhadap kesalahgunaan, dan penyerahan tugas kepada mereka yang kompeten dan setia. Kisah ini juga menunjukkan bahwa keberanian dalam menghadapi tantangan dan komitmen terhadap kebenaran adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan iman yang dinamis. Ketika iman kita kuat, kita tidak hanya beribadah, tetapi juga menjadi penjaga dan pelaksana kehendak Tuhan di dunia.