2 Tawarikh 28:26 - Hati yang Berpaling

"Dan terkumpullah segala perkakas rumah Allah, baik yang besar maupun yang kecil, barang-barang perkakas untuk ibadah dan perkakas mezbah."

Ayat 2 Tawarikh 28:26 ini merupakan penutup dari sebuah narasi yang menggambarkan periode kelam dalam sejarah Kerajaan Yehuda, khususnya pada masa pemerintahan Raja Ahaz. Ayat ini secara ringkas mencatat tindakan yang dilakukan pada akhir masa pemerintahannya, yang mencerminkan kondisi rohani yang telah menyimpang jauh dari jalan Tuhan.

Ahaz adalah raja yang dikenang karena kesalehannya yang minim, bahkan cenderung melakukan kejahatan di mata Tuhan. Alih-alih meneladani ayah dan kakeknya yang saleh, ia memilih untuk mengikuti jalan raja-raja Israel dan menyembah berhala. Ia bahkan mempersembahkan anak-anaknya dalam api, sebuah praktik keji yang sangat dibenci Tuhan. Tindakan-tindakannya membawa bencana bagi Yehuda, termasuk kekalahan dari Aram dan Israel, serta perampokan Yerusalem oleh orang Edom dan Filistin.

Dalam konteks ini, ayat 26 mencatat bahwa pada akhirnya, semua perkakas rumah Allah, yang seharusnya digunakan untuk ibadah kepada Tuhan, dikumpulkan. Pengumpulan ini bisa diartikan sebagai langkah terakhir dari penyimpangan yang dilakukan Ahaz. Sebagian perkakas mungkin telah digunakan untuk ibadah berhala, atau justru dikumpulkan untuk disimpan karena kuil Tuhan telah diabaikan, bahkan dialihkan fungsinya menjadi tempat penyembahan berhala oleh Ahaz sendiri. Ayat sebelumnya, 2 Tawarikh 28:24, secara eksplisit menyatakan bahwa Ahaz mengumpulkan perkakas-perkakas dari rumah Allah dan mematahkannya, lalu menutup pintu rumah TUHAN dan membuat mezbah di sudut setiap jalan di Yerusalem.

Perintah utama dalam Kitab Tawarikh adalah untuk menekankan pentingnya ibadah yang benar di Bait Suci yang didirikan oleh Daud dan dibangun oleh Salomo, sesuai dengan ketetapan Tuhan. Setiap kali raja-raja menyembah Tuhan dengan benar, negara mengalami kedamaian dan kemakmuran. Sebaliknya, ketika mereka menyimpang dan mengabaikan perintah Tuhan, malapetaka datang. Ayat ini menjadi saksi bisu dari kegagalan Ahaz dalam menjaga kesucian dan fungsi Bait Suci sebagai pusat ibadah yang benar.

Kisah Ahaz dan konteks ayat 2 Tawarikh 28:26 mengajarkan kita tentang konsekuensi dari hati yang berpaling dari Tuhan. Ketika kita mengabaikan perintah-Nya, bahkan dengan mengalihkan fokus hidup kita dari hal-hal ilahi ke hal-hal yang duniawi atau bahkan jahat, kita akan mengalami kekacauan dan kehancuran, baik secara pribadi maupun komunal. Perkataan ini mengingatkan kita untuk senantiasa menjaga hati, agar tetap setia kepada Tuhan dan menggunakan segala yang kita miliki, termasuk talenta dan sumber daya, untuk memuliakan Dia.

Ikon simbol peringatan atau perhatian.