Ilustrasi visual dari pesan peringatan.
Ayat Ulangan 32:28 berbicara tentang sebuah bangsa yang "tidak punya pertimbangan, dan tidak ada pengertian padanya." Pernyataan ini adalah bagian dari nyanyian Musa yang penuh dengan hikmat dan peringatan bagi bangsa Israel. Musa, di akhir masa hidupnya dan di ambang gerbang Tanah Perjanjian, menyampaikan pesan terakhir kepada umat pilihan Allah. Nyanyian ini bukan sekadar syair biasa, melainkan sebuah kesaksian yang kuat tentang kesetiaan Allah dan konsekuensi dari ketidaktaatan umat-Nya.
Dalam konteksnya, ayat ini menyoroti sebuah kondisi mental dan spiritual yang menyedihkan. Ketiadaan pertimbangan dan pengertian menunjukkan sebuah ketidakmampuan untuk melihat kebenaran, untuk belajar dari pengalaman, dan untuk memahami implikasi dari tindakan-tindakan mereka. Ini adalah gambaran tentang bangsa yang bergerak tanpa arah, tanpa kebijaksanaan, dan tanpa kesadaran akan jalan yang benar yang telah Allah sediakan bagi mereka.
Allah, dalam kasih dan keadilan-Nya, terus memberikan petunjuk dan peringatan. Namun, ketika sebuah bangsa atau individu menutup diri dari hikmat dan kebenaran, mereka akan terperosok dalam kebodohan. Kebodohan ini bukanlah sekadar kurangnya informasi, tetapi sebuah penolakan aktif terhadap pengajaran dan bimbingan. Akibatnya, mereka akan membuat keputusan yang salah, mengambil jalan yang merusak, dan pada akhirnya menghadapi konsekuensi yang berat.
Pesan dalam Ulangan 32:28 masih relevan hingga hari ini. Kita hidup di era di mana informasi begitu melimpah, namun kebijaksanaan seringkali langka. Banyak orang cenderung bertindak impulsif, tanpa memikirkan dampak jangka panjang dari pilihan-pilihan mereka. Media sosial dan budaya yang serba cepat dapat memperparah kondisi ini, mendorong kita untuk selalu mencari kepuasan instan daripada merenungkan makna yang lebih dalam.
Bagaimana kita bisa menghindari nasib seperti bangsa yang digambarkan dalam ayat ini? Kuncinya adalah kerendahan hati untuk mau belajar, terbuka terhadap teguran, dan terus-menerus mencari hikmat. Hikmat sejati tidak datang dari akal budi semata, tetapi dari pemahaman akan kehendak Allah dan prinsip-prinsip-Nya yang abadi. Membaca dan merenungkan Firman Tuhan, berdoa memohon pengertian, dan belajar dari kehidupan orang-orang yang bijaksana adalah langkah-langkah penting untuk mengasah pertimbangan dan pengertian kita.
Ulangan 32:28 mengingatkan kita bahwa ketiadaan pertimbangan dan pengertian bukanlah kondisi yang tidak berdosa, melainkan sebuah kegagalan moral dan spiritual yang dapat membawa kehancuran. Marilah kita senantiasa memelihara hati yang terbuka, pikiran yang jernih, dan roh yang mau diajar, agar kita tidak tersesat dalam kegelapan ketidakpedulian, melainkan dapat berjalan dalam terang kebenaran dan hikmat Allah.