Perayaan Pemulihan dan Pujian
Ayat 2 Tawarikh 29:28 menggambarkan momen puncak dalam pemulihan ibadah di Bait Suci Yerusalem di bawah pemerintahan Raja Hizkia. Setelah periode kemerosotan rohani dan penolakan terhadap hukum Allah, Hizkia mengambil tindakan tegas untuk mengembalikan kesucian dan fungsi Bait Suci. Pembersihan dan pengudusan Bait Suci adalah langkah awal yang krusial, tetapi momen yang paling membangkitkan semangat adalah ketika ibadah dipulihkan melalui nyanyian dan pujian.
Perintah Hizkia untuk menyanyikan pujian bagi TUHAN menggunakan nyanyian-nyanyian yang telah disusun oleh tokoh-tokoh besar seperti Raja Daud dan Asaf, seorang pemimpin pemusik di masa Daud, menunjukkan sebuah pengakuan akan kekayaan tradisi pujian yang telah diwariskan. Ini bukan sekadar nyanyian biasa, tetapi nyanyian yang terinspirasi oleh Roh Kudus, yang merangkum pengakuan dosa, permohonan pertolongan, dan ekspresi syukur atas kebaikan Allah. Pemilihan musik dan lirik yang tepat sangat penting dalam menyentuh hati umat dan membawa mereka kembali kepada Allah.
Reaksi umat sangatlah luar biasa. Teks Alkitab mencatat bahwa mereka "menyanyikan puji-pujian dengan sukacita besar". Kata "sukacita besar" menekankan kegembiraan yang meluap-luap dan tulus. Ini adalah gambaran tentang umat yang telah lama terbelenggu dalam kesedihan rohani, kini dibebaskan untuk bersukacita dalam hadirat Allah. Sukacita ini bukan semata-mata karena kebebasan atau pemulihan fisik, tetapi karena kembalinya hubungan yang benar dengan Pencipta mereka. Kehadiran Allah yang dirasakan melalui pujian membawa kelegaan dan kegembiraan yang mendalam.
Puncak dari ekspresi pujian ini adalah ketika mereka "sujud menyembah". Tindakan ini menandakan kerendahan hati, pengakuan akan kebesaran Allah, dan penyerahan diri sepenuhnya kepada-Nya. Menyanyi dengan sukacita dan kemudian bersujud menyembah menunjukkan keseimbangan yang sehat dalam ibadah: ekspresi kegembiraan yang penuh semangat dan sikap hormat yang khidmat. Ini adalah sebuah demonstrasi iman yang hidup, di mana hati yang bersukacita juga merespons dengan rasa takjub dan hormat kepada Yang Maha Kuasa.
Kisah 2 Tawarikh 29:28 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya pujian dan ibadah yang tulus dalam kehidupan rohani. Ketika kita datang kepada Allah, menyanyikan pujian dengan segenap hati dan kemudian merendahkan diri dalam penyembahan, kita membuka diri untuk mengalami hadirat-Nya secara lebih nyata. Pemulihan hubungan dengan Allah seringkali dimulai dari sebuah tindakan iman yang sederhana namun mendalam, yaitu pujian yang lahir dari hati yang bersyukur dan penuh hormat.