2 Tawarikh 29 35

"Demikianlah ibadah di rumah TUHAN dilangsungkan dengan teratur kembali, bersama-sama dengan orang Lewi yang memegang alat-alat untuk ibadah itu. Hizkia memerintahkan untuk mempersembahkan korban bakaran bulanan, korban bakaran bulanan untuk Sabat, dan korban bakaran bulanan untuk perayaan-perayaan bulan baru, serta untuk hari-hari raya yang telah ditetapkan, semuanya sesuai dengan ketetapan TUHAN."
Ilustrasi: Simbol pemulihan dan keteraturan

Pemulihan Ibadah di Bait Allah

Ayat 2 Tawarikh 29:35 menceritakan sebuah momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu pemulihan ibadah yang teratur di Bait Allah setelah masa kemerosotan. Raja Hizkia, seorang raja yang saleh, memimpin umatnya untuk kembali kepada jalan TUHAN. Setelah sebelumnya Bait Allah dinajiskan dan diabaikan, Hizkia memerintahkan agar tempat suci itu dibersihkan dan disucikan kembali. Ini adalah langkah awal yang krusial untuk mengembalikan hubungan yang benar antara umat Israel dengan Allah.

Tindakan Hizkia bukan hanya sekadar membersihkan fisik Bait Allah, tetapi juga memulihkan aspek spiritualnya. Ia mengundang para imam dan orang Lewi untuk kembali menjalankan tugas mereka. Ayat ini secara spesifik menyebutkan bahwa ibadah di rumah TUHAN "dilangsungkan dengan teratur kembali, bersama-sama dengan orang Lewi yang memegang alat-alat untuk ibadah itu." Keteraturan ini mencerminkan kembali adanya organisasi dan disiplin dalam penyembahan, yang merupakan fondasi penting bagi kehidupan rohani umat.

Pentingnya Persembahan yang Teratur

Lebih lanjut, ayat ini menyoroti pentingnya persembahan yang teratur sebagai bagian integral dari ibadah yang dipulihkan. Hizkia tidak hanya mengembalikan ibadah dasar seperti korban bakaran, tetapi juga memastikan bahwa persembahan tersebut dilaksanakan sesuai dengan ketetapan TUHAN. Disebutkan secara rinci, "korban bakaran bulanan, korban bakaran bulanan untuk Sabat, dan korban bakaran bulanan untuk perayaan-perayaan bulan baru, serta untuk hari-hari raya yang telah ditetapkan."

Penyebutan berbagai jenis persembahan ini menunjukkan bahwa Hizkia memahami kedalaman hukum Taurat dan pentingnya ketaatan dalam setiap aspeknya. Persembahan bulanan, persembahan Sabat, perayaan bulan baru, dan hari-hari raya adalah bagian dari siklus ibadah yang dirancang oleh Allah untuk mengingatkan umat-Nya akan kesetiaan-Nya dan untuk memelihara hubungan mereka dengan-Nya. Dengan mengembalikan persembahan ini secara teratur, Hizkia menegaskan kembali kedaulatan Allah atas kehidupan umat-Nya dan pentingnya mengakui Dia dalam segala waktu.

Pemulihan yang terjadi di bawah kepemimpinan Hizkia ini memberikan pelajaran berharga bagi kita. Ibadah yang sejati tidak hanya terbatas pada perasaan emosional sesaat, tetapi juga melibatkan ketaatan yang teratur dan penuh semangat terhadap firman Tuhan. Keteraturan dalam ibadah, termasuk dalam memberikan persembahan (baik waktu, talenta, maupun materi), adalah ekspresi dari hati yang mengasihi dan menghormati Allah. Ketika kita memprioritaskan dan menjalankan ibadah dengan tertib sesuai dengan ajaran-Nya, kita sedang membangun kembali fondasi spiritual yang kokoh dalam kehidupan kita dan dalam komunitas kita. Ayat ini menjadi pengingat bahwa pemulihan yang sejati selalu dimulai dari pemulihan hubungan kita dengan Sang Pencipta.