2 Tawarikh 3:1

Maka mulailah Salomo mendirikan rumah TUHAN di Yerusalem, di gunung Moria, di mana TUHAN telah menampakkan diri kepada Daud, ayahnya, di tempat yang disediakan Daud di tiang pengirik Arauna, orang Yebus itu.

Gunung Moria

Ayat pembuka dari pasal 3 Kitab 2 Tawarikh menandai momen yang sangat penting dalam sejarah Israel: dimulainya pembangunan Bait Allah yang megah di Yerusalem. Peristiwa ini bukan sekadar pembangunan fisik sebuah bangunan, melainkan puncak dari janji ilahi dan sebuah simbol sentral dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya. Pemilihan lokasi di gunung Moria bukanlah kebetulan. Tempat ini memiliki sejarah spiritual yang mendalam, terkait erat dengan peristiwa iman Abraham saat ia diperintahkan untuk mengorbankan Ishak, putranya. Allah kemudian campur tangan, menguji kesetiaan Abraham. Penampakan ilahi di lokasi inilah yang kemudian menjadi dasar bagi Daud untuk menetapkannya sebagai tempat ibadah yang kudus, bahkan sebelum Bait Suci dibangun.

Raja Daud, meskipun memiliki kerinduan yang besar untuk membangun rumah bagi Allah, tidak diizinkan oleh Tuhan untuk melaksanakannya. Hal ini dikarenakan ia adalah seorang pejuang yang telah menumpahkan banyak darah. Namun, Daud tidak tinggal diam. Ia mempersiapkan segala sesuatu dengan cermat, mengumpulkan bahan-bahan terbaik, emas, perak, perunggu, besi, kayu aras, serta mengorganisir para pekerja dan para ahli. Persiapan yang matang inilah yang menjadi warisan berharga bagi putranya, Salomo, yang kemudian dipercayakan oleh Tuhan untuk mewujudkan mahakarya arsitektur spiritual ini.

Ayat 2 Tawarikh 3:1 secara spesifik menyebutkan "tempat yang disediakan Daud di tiang pengirik Arauna, orang Yebus itu." Ini menggarisbawahi bahwa tempat tersebut telah dibeli oleh Daud dari Arauna, seorang penduduk asli Yerusalem, setelah malaikat Tuhan menghentikan tulah yang melanda Israel. Daud melihat bahwa lokasi tersebut adalah tempat yang disetujui Tuhan. Pembangunan Bait Suci oleh Salomo merupakan peneguhan kembali atas kedaulatan Allah dan tempat-Nya yang kudus di tengah-tengah umat-Nya. Bait Suci ini bukan hanya tempat untuk mempersembahkan korban, tetapi juga pusat kehidupan spiritual, hukum, dan pemerintahan bagi seluruh bangsa Israel.

Dimulainya pembangunan Bait Suci ini juga menandai era baru kemakmuran dan kedamaian di bawah pemerintahan Salomo. Dengan berkat Tuhan, Israel menikmati masa kejayaan, dan pembangunan Bait Suci menjadi bukti nyata dari kemuliaan yang diberikan Allah kepada umat-Nya. Ini menjadi pengingat abadi bahwa ketika umat Allah menempatkan iman dan ketaatan sebagai prioritas utama, Allah akan memberkati mereka dengan kelimpahan dan memberikan mereka tempat untuk bersekutu dengan-Nya. Kisah ini mendorong kita untuk merenungkan pentingnya "rumah" rohani kita, yaitu hubungan kita dengan Tuhan, dan bagaimana kita mempersiapkannya dengan sepenuh hati, sebagaimana Daud dan Salomo telah mencontohkannya.