Ayat 2 Tawarikh 30:11 berasal dari kisah Hizkia, raja Yehuda, yang bertekad untuk memulihkan ibadah sejati kepada TUHAN setelah masa kemerosotan rohani. Hizkia bukan hanya seorang raja politik, tetapi juga seorang pemimpin spiritual yang visioner. Ia melihat umatnya terpecah belah dan jauh dari persekutuan dengan Allah. Oleh karena itu, ia mengambil langkah berani untuk memanggil seluruh Israel, baik dari Yehuda maupun Israel Utara, untuk berkumpul di Yerusalem dan merayakan Paskah.
Perayaan Paskah yang diperintahkan Hizkia bukanlah sekadar acara rutin. Ini adalah pemanggilan untuk kembali kepada kesetiaan kepada TUHAN. Setelah masa kegelapan, Hizkia ingin mengembalikan fokus umat kepada Allah nenek moyang mereka. Ajakan dalam ayat 11 ini adalah inti dari semangat pemulihan tersebut. Ini adalah seruan untuk membangkitkan kembali semangat rohani yang telah padam.
Frasa "biarlah rohmu menyala-nyala untuk TUHAN" sangat kuat. Ini menggambarkan semangat yang membara, gairah yang membakar untuk melayani dan mengasihi Allah. Ini bukan tentang kewajiban semata, tetapi tentang keinginan hati yang tulus untuk mendekat kepada Tuhan. Di tengah kondisi yang mungkin terasa dingin atau acuh tak acuh secara rohani, ajakan ini adalah pengingat untuk menghidupkan kembali api iman.
Selanjutnya, ayat ini menekankan pentingnya tindakan nyata: "dan biarlah setiap orang dari kamu membawa persembahan kepada TUHAN, Allah nenek moyangmu." Persembahan di sini tidak hanya berarti materi, tetapi juga hati yang siap memberi dan mengorbankan diri. Ini adalah ekspresi dari roh yang menyala-nyala. Ketika roh seseorang benar-benar menyala untuk Tuhan, hal itu akan termanifestasi dalam bentuk persembahan, baik waktu, talenta, maupun harta benda. Persembahan ini juga menjadi pengakuan akan kedaulatan Tuhan dan rasa syukur atas anugerah-Nya.
Kisah Hizkia dan seruan dalam 2 Tawarikh 30:11 memiliki relevansi yang mendalam bagi umat Tuhan di setiap zaman. Di tengah tantangan kehidupan modern, godaan untuk bersikap apatis secara rohani, atau fokus pada hal-hal duniawi, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya:
Setiap individu dipanggil untuk merespons seruan ini secara pribadi. Membiarkan roh menyala-nyala berarti secara aktif mencari hadirat Tuhan, memperdalam hubungan dengan-Nya, dan mengarahkan seluruh hidup kita untuk kemuliaan-Nya. Membawa persembahan adalah cara untuk mengekspresikan kesetiaan dan penyerahan diri kita kepada Dia yang adalah Allah nenek moyang kita, sumber kehidupan dan penebusan kita.