2 Tawarikh 31:15 - Ketaatan yang Berbuah Berkat

"Dan atas perintahnya, ia menetapkan tempat-tempat persembahan di Yerusalem, dan ia mengumpulkan persembahan tahunan dan perpuluhan dari seluruh Yehuda untuk para imam dan orang Lew, supaya mereka dapat berbakti kepada TUHAN."
Ilustrasi tangan memegang biji yang tumbuh menjadi pohon, melambangkan pemberian dan pertumbuhan berkat.

Ayat 2 Tawarikh 31:15 mencatat sebuah momen penting dalam reformasi Raja Hizkia di Yehuda. Setelah masa-masa kelalaian dan penyembahan berhala, Hizkia membawa bangsa itu kembali kepada ketaatan kepada Tuhan. Bagian ini menyoroti bagaimana Hizkia secara organisasional mengatur kembali sistem persembahan dan perpuluhan. Ini bukan sekadar urusan administrasi, melainkan sebuah tindakan iman yang mendalam.

Penting untuk dicatat bahwa Hizkia tidak hanya memerintahkan, tetapi ia secara aktif menetapkan tempat-tempat persembahan dan memastikan pengumpulan sumber daya yang dibutuhkan. Ini menunjukkan kepemimpinan yang proaktif dan visioner. Tujuannya jelas: agar para imam dan orang Lew, yang melayani di Bait Suci Tuhan, dapat menjalankan tugas mereka tanpa hambatan. Ketiadaan sumber daya seringkali menjadi kendala terbesar dalam pelayanan. Dengan menyediakan pasokan yang memadai, Hizkia memastikan bahwa ibadah kepada Tuhan dapat berlangsung dengan lancar dan khidmat.

Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan materi, tindakan ini memiliki makna spiritual yang lebih dalam. Persembahan dan perpuluhan adalah bentuk pengakuan atas kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu. Ketika umat memberikan sebagian dari apa yang Tuhan berikan kepada mereka, mereka sedang menyatakan kepercayaan mereka pada pemeliharaan-Nya. Hizkia mengerti bahwa kemakmuran bangsa sangat erat kaitannya dengan ketaatan mereka kepada Tuhan. Dengan mengembalikan sistem perpuluhan secara tertib, ia memulihkan hubungan yang benar antara umat dan Tuhan, serta antara umat itu sendiri melalui tindakan memberi.

Ketaatan yang digambarkan dalam ayat ini tidak dilakukan dengan terpaksa atau berat hati. Sebaliknya, reformasi Hizkia sering digambarkan sebagai masa di mana umat bersukacita dalam mengembalikan apa yang menjadi hak Tuhan. Ayat-ayat sebelumnya dalam pasal yang sama menggambarkan bagaimana umat Yehuda berbondong-bondong memberikan persembahan dengan limpah. Ini menunjukkan bahwa ketika pemimpin memberikan teladan yang baik dan sistemnya tertata dengan benar, pemberian yang tulus akan mengalir.

Pelajaran dari 2 Tawarikh 31:15 sangat relevan bagi kita hari ini. Dalam konteks gereja dan pelayanan Kristen, penting bagi kita untuk mendukung mereka yang melayani sepenuh waktu. Ini bisa dilakukan melalui doa, dukungan moral, dan tentunya, dukungan finansial melalui persembahan dan perpuluhan. Ketika kita memberi dengan hati yang tulus dan sukacita, kita turut serta dalam pekerjaan Tuhan dan memastikan bahwa Injil dapat terus diberitakan serta kebutuhan pelayanan terpenuhi.

Ketaatan yang diinisiasi oleh Hizkia membuahkan berkat yang melimpah, tidak hanya bagi para pelayan Tuhan, tetapi juga bagi seluruh bangsa. Tuhan berjanji untuk membuka tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat ketika umat-Nya taat dalam memberikan perpuluhan (Maleakhi 3:10). Ayat 2 Tawarikh 31:15 menjadi pengingat akan prinsip ilahi ini: ketaatan dalam pemberian adalah jalan menuju berkat yang berkelimpahan, baik secara rohani maupun materi, dalam pelayanan Tuhan.