"Dan setelah perintah raja itu tersebar, orang Israel mempersembahkan banyak hasil pertama dari gandum, anggur, minyak, madu, dan segala hasil tanah. Mereka juga membawa persepuluhan yang berlimpah-limpah dari semuanya."
Ayat 2 Tawarikh 31:5 mencatat sebuah momen penting dalam sejarah Kerajaan Yehuda di bawah pemerintahan Raja Hizkia. Perintah yang dikeluarkan oleh raja ini memicu gelombang antusiasme dan ketaatan yang luar biasa dari seluruh umat Israel. Hasilnya adalah persembahan yang melimpah ruah untuk Bait Allah di Yerusalem, menunjukkan pemulihan rohani dan ketaatan yang mendalam kepada Tuhan. Ayat ini bukan sekadar catatan historis, tetapi juga sebuah pelajaran berharga mengenai pentingnya memberikan yang terbaik kepada Tuhan dan dampak positif dari kepemimpinan yang saleh.
Hizkia adalah salah satu raja Yehuda yang paling dikenang karena memulihkan ibadah kepada Tuhan setelah masa-masa kemurtadan dan penyembahan berhala yang merajalela. Ia bukan hanya memerintahkan pembersihan Bait Allah dari benda-benda najis, tetapi juga mengembalikan fungsi pelayanan para imam dan orang Lewi serta menyerukan umat untuk kembali kepada ketaatan pada hukum Taurat Tuhan. Perintah yang disebutkan dalam ayat ini adalah bagian dari upaya Hizkia untuk mengembalikan sistem perpuluhan dan persembahan yang telah lama diabaikan. Perintah ini melibatkan pengumpulan hasil pertama dari berbagai jenis tanaman dan hasil ternak.
Frasa "hasil pertama" menekankan prinsip memberikan yang terbaik dan yang paling segar kepada Tuhan. Ini bukan tentang memberikan sisa-sisa atau yang tidak diinginkan, tetapi tentang menyerahkan bagian yang paling berharga dari apa yang Tuhan telah berikan kepada mereka. Gandum, anggur, minyak, dan madu adalah hasil bumi yang paling penting bagi kehidupan sehari-hari bangsa Israel, menjadi sumber pangan, kesehatan, dan bahkan kemakmuran. Dengan mempersembahkan "hasil pertama" dari semua ini, orang Israel menunjukkan rasa syukur dan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan.
Selain itu, ayat ini juga menyebutkan "persepuluhan yang berlimpah-limpah". Persepuluhan adalah sepersepuluh dari hasil panen dan ternak yang diperintahkan Tuhan untuk diberikan kepada para Lewi yang melayani di kemah pertemuan dan kemudian di Bait Allah. Ketaatan dalam memberikan persepuluhan ini sangat krusial untuk mendukung kehidupan para pelayan Tuhan dan kelancaran ibadah. Kenyataan bahwa mereka membawa "persepuluhan yang berlimpah-limpah" menunjukkan adanya kesukacitaan dan kemurahan hati yang besar dalam memberikan kepada Tuhan, melampaui sekadar kewajiban.
Dampak dari ketaatan ini sungguh luar biasa. Persembahan yang melimpah tersebut memungkinkan para imam dan orang Lewi untuk menjalankan tugas pelayanan mereka dengan baik, serta memastikan bahwa kebutuhan semua orang yang melayani di Bait Allah terpenuhi. Hal ini menciptakan stabilitas dalam kehidupan rohani bangsa dan memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan. Kisah ini mengajarkan kita bahwa ketika kita hidup dalam ketaatan dan memberikan dengan sukarela kepada Tuhan, Dia akan memberkati kita dengan kelimpahan, dan kehidupan rohani kita akan berkembang. Ketaatan pada perintah Tuhan dan kemurahan hati dalam memberi adalah dua sisi dari mata uang yang sama, yang mengarah pada berkat spiritual dan material yang melimpah.