2 Tawarikh 32:21 - Keselamatan Allah Turun Atas Yerusalem

"Dan TUHAN mengutus seorang malaikat, yang memusnahkan semua orang gagah perkasa, para pemimpin dan para perwira di perkemahan raja Asyur. Maka pulanglah raja itu dengan malu ke negerinya. Dan ketika ia masuk ke dalam kuil dewa berhalanya, beberapa anaknya membunuh dia dengan pedang di sana."
Ilustrasi malaikat yang melindungi kota Damai Keamanan

Ilustrasi: Kehadiran ilahi menjaga kota dalam kedamaian.

Kisah yang tercatat dalam 2 Tawarikh 32:21 menceritakan sebuah momen dramatis di mana kekuatan ilahi campur tangan secara langsung untuk melindungi umat-Nya. Ayat ini menjadi saksi bisu akan janji kesetiaan Tuhan terhadap umat-Nya, terutama dalam menghadapi ancaman yang begitu besar. Raja Hizkia dan seluruh penduduk Yerusalem menghadapi kekuatan militer Asyur yang terkenal kejam dan tak terkalahkan. Di bawah pimpinan Sanherib, tentara Asyur telah menaklukkan banyak kota dan bangsa. Ketakutan pasti menyelimuti Yerusalem ketika mereka melihat armada besar musuh mendekat.

Namun, dalam ayat ini, kita melihat sebuah intervensi yang luar biasa. Tuhan tidak hanya membiarkan umat-Nya menghadapi penderitaan. Sebaliknya, Dia mengutus malaikat-Nya. Deskripsi "seorang malaikat" mungkin menyiratkan sebuah kuasa ilahi yang tunggal namun maha dahsyat. Kuasa ini diarahkan untuk memusnahkan "semua orang gagah perkasa, para pemimpin dan para perwira" dalam pasukan Asyur. Ini bukan sekadar kekalahan biasa, melainkan sebuah kehancuran total yang disebabkan oleh campur tangan surgawi.

Dampak dari campur tangan ilahi ini sangat signifikan. Raja Sanherib, yang tadinya begitu angkuh dan percaya diri, terpaksa menarik pasukannya kembali dengan "malu ke negerinya." Kekalahan ini tidak hanya memukul mundur pasukan, tetapi juga menghancurkan harga diri dan reputasi Sanherib sebagai penakluk yang tak terkalahkan. Kegagalan untuk menaklukkan Yerusalem menjadi noda besar dalam catatan sejarah kekaisarannya.

Kisah ini mencapai klimaks yang tragis bagi Sanherib sendiri. Ayat tersebut melanjutkan dengan menyebutkan bahwa ketika Sanherib masuk ke dalam kuil dewa berhalanya, ia dibunuh oleh anaknya sendiri dengan pedang. Ini menunjukkan dua hal: pertama, bahwa dewa-dewa yang disembahnya tidak mampu melindunginya, bahkan dalam tempat ibadahnya. Kedua, kehancuran yang menimpa Sanherib adalah akibat dari perbuatannya terhadap umat Tuhan. Ini adalah hukuman ganda – kehilangan kekuasaan dan kehormatan, serta kematian yang mengerikan.

Dari 2 Tawarikh 32:21, kita dapat menarik beberapa pelajaran penting. Pertama, Tuhan adalah pelindung umat-Nya. Meskipun ancaman mungkin tampak besar dan tak teratasi, kekuatan Tuhan jauh melampaui segala kekuatan duniawi. Dia memiliki cara-cara-Nya sendiri untuk bertindak dan menyelamatkan. Kedua, kesombongan dan kekejaman akan berujung pada kehancuran. Sanherib mewakili contoh nyata dari pemimpin yang mengandalkan kekuatan militer dan menindas umat Tuhan, namun akhirnya menghadapi murka ilahi. Ketiga, ayat ini menegaskan bahwa tidak ada yang bisa menghalangi kehendak Tuhan. Dia berdaulat atas segala sesuatu, termasuk takdir raja-raja dan bangsa-bangsa. Kisah ini memberikan penghiburan dan penguatan bagi siapa pun yang sedang menghadapi kesulitan atau ancaman, mengingatkan kita bahwa Tuhan senantiasa berkuasa dan setia pada janji-Nya. Keamanan sejati hanya datang dari Dia.