Ayat 2 Tawarikh 33:13 memberikan gambaran yang sangat menyentuh tentang kekuatan doa, pertobatan, dan kemurahan Tuhan yang luar biasa. Manasye, seorang raja Yehuda yang dikenal karena dosanya yang begitu besar, melakukan kejahatan yang sangat mengerikan di mata Tuhan, bahkan ia sempat menyesatkan umat Israel untuk menyembah berhala dan melakukan praktik-praktik okultisme yang menjijikkan. Sejarah mencatat bahwa ia telah melakukan lebih banyak kejahatan dibandingkan raja-raja Israel sebelumnya. Namun, di tengah penderitaan dan penawanan di Babel, sebuah titik balik dramatis terjadi dalam hidupnya.
Dalam keadaan terpuruk, Manasye tidak hanya meratap, tetapi ia benar-benar merendahkan diri dengan sangat di hadapan Tuhan. Ini bukan sekadar penyesalan dangkal, melainkan sebuah pengakuan dosa yang mendalam dan kerinduan tulus untuk kembali kepada Allah nenek moyangnya. Kesadaran akan kebesaran dosa yang telah dilakukannya mungkin telah membawanya pada kerendahan hati yang sejati. Ia menyadari bahwa segala kekuasaan dan kemegahan duniawi tidak berarti apa-apa di hadapan kekudusan dan keadilan Tuhan.
Dan respon Tuhan sungguh luar biasa. Alkitab mencatat bahwa "TUHAN mengabulkan permohonannya dan mendengar tangisnya." Ini adalah bukti nyata bahwa Tuhan tidak pernah menutup telinga-Nya bagi mereka yang berseru kepada-Nya dengan tulus hati, sekalipun mereka adalah orang berdosa besar. Kemurahan Tuhan tidak terbatas. Ia tidak membalas Manasye setimpal dengan dosanya, tetapi memberikan kesempatan kedua. Tuhan bukan hanya mengampuni, tetapi juga memulihkan. Ia "membawanya kembali ke Yerusalem, ke dalam kerajaan-Nya." Pemulihan ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga spiritual.
Peristiwa ini menjadi momen pencerahan bagi Manasye. Ia akhirnya menyadari identitas Tuhan yang sesungguhnya: "Lalu Manasye menyadari bahwa TUHANlah Allah itu." Kesadaran ini bukan sekadar pengetahuan intelektual, melainkan sebuah pengalaman pribadi yang mendalam. Ia telah melihat langsung dan merasakan sendiri bagaimana Tuhan yang maha pengampun dan maha kuasa bekerja dalam hidupnya. Sejak saat itu, Manasye mulai melakukan reformasi besar-besaran di Yehuda. Ia menyingkirkan patung-patung berhala, mengembalikan ibadah kepada Tuhan yang benar, dan mengajak umat untuk kembali setia kepada Allah.
Kisah Manasye dalam 2 Tawarikh 33:13 adalah sumber harapan bagi setiap orang. Ayat ini mengajarkan kita bahwa tidak ada dosa yang terlalu besar bagi pengampunan Tuhan, dan tidak ada situasi yang terlalu sulit bagi doa yang tulus. Ketika kita benar-benar merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dosa-dosa kita, dan berseru kepada-Nya, Ia pasti mendengar. Kitalah yang sering kali membatasi kemurahan Tuhan dengan pikiran dan hati kita. Marilah kita meneladani Manasye dalam kerendahan hati dan ketulusan doanya, karena Tuhan selalu siap untuk mengampuni dan memulihkan bagi siapa pun yang datang kepada-Nya.