"Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mendatangkan malapetaka atas tempat ini dan atas penduduknya, semua kutuk yang tertulis dalam kitab yang telah dibaca orang di hadapan raja Yehuda."
Ayat 2 Tawarikh 34:24 merupakan bagian dari narasi penting mengenai masa pemerintahan Raja Yosia di Yehuda. Ayat ini memuat firman TUHAN yang disampaikan melalui seorang nabi perempuan, Hulda, kepada Raja Yosia. Peristiwa ini terjadi setelah Yosia menemukan kitab Taurat di Bait Suci yang telah lama terabaikan. Penemuan ini menjadi katalisator bagi Yosia untuk melakukan pemurnian besar-besaran di seluruh Yehuda dan Yerusalem, memulihkan ibadah yang benar kepada TUHAN.
Meskipun Yosia telah menunjukkan kesalehan dan komitmennya untuk kembali kepada TUHAN, firman TUHAN yang disampaikan Hulda tetap mengandung elemen penghakiman. Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa malapetaka akan mendatangi tempat itu dan penduduknya. Malapetaka ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, melainkan merupakan konsekuensi dari ketidaktaatan dan penyembahan berhala yang telah lama merajalela di Yehuda. Kutuk-kutuk yang tertulis dalam kitab Taurat menjadi bukti dan peringatan atas dosa-dosa umat, dan firman ini menegaskan bahwa hukuman ilahi tidak dapat dihindari bagi umat yang terus menerus berpaling dari jalan TUHAN.
Firman ini secara spesifik merujuk pada "semua kutuk yang tertulis dalam kitab". Hal ini menunjukkan bahwa penghakiman ilahi bukanlah keputusan yang sewenang-wenang, melainkan didasarkan pada perjanjian antara TUHAN dan umat-Nya. Jika umat menaati hukum-hukum-Nya, mereka akan diberkati; namun jika mereka melanggarnya, mereka akan dikenai kutuk. Penemuan kitab Taurat oleh Yosia justru memperjelas skala pelanggaran yang telah terjadi dan menegaskan keabsahan dari penghakiman yang akan datang.
Namun, ayat ini tidak hanya berbicara tentang penghakiman. Konteks yang lebih luas dari pasal 34 dan ayat-ayat berikutnya dalam Kitab Tawarikh mengungkapkan adanya elemen harapan dan pemulihan. Meskipun malapetaka akan datang sebagai konsekuensi dosa, kesalehan dan pertobatan Yosia tidak luput dari perhatian TUHAN. Firman Hulda, sebagaimana tercatat dalam ayat-ayat selanjutnya (misalnya 2 Tawarikh 34:25-28), juga menyampaikan bahwa karena kesalehan Yosia, malapetaka itu tidak akan terjadi pada masanya, melainkan setelah ia wafat. Ini menunjukkan belas kasihan TUHAN yang memberikan kesempatan untuk bertobat, namun juga ketegasan-Nya dalam menegakkan keadilan.
2 Tawarikh 34:24 mengajarkan sebuah prinsip teologis yang krusial: kedaulatan TUHAN atas sejarah dan konsekuensi dari pilihan umat-Nya. Ayat ini mengingatkan bahwa dosa selalu memiliki akibatnya, dan TUHAN adalah Allah yang adil yang akan menghukum pelanggaran perjanjian-Nya. Namun, di balik penghakiman, selalu ada panggilan untuk pertobatan dan harapan akan pemulihan bagi mereka yang dengan tulus hati mencari Dia. Perjuangan Yosia untuk membersihkan Yehuda dari kemusyrikan dan memulihkan ibadah kepada TUHAN menjadi teladan tentang bagaimana seorang pemimpin dapat merespons firman Allah, bahkan ketika firman itu membawa peringatan tentang hukuman. Kisah ini, termasuk ayat 2 Tawarikh 34:24, adalah pengingat abadi tentang pentingnya ketaatan, keadilan ilahi, dan belas kasihan yang tak terhingga dari TUHAN.