Ayat kunci dari 2 Tawarikh 34:27 ini membawa kita pada sebuah momen yang sangat krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda, yaitu masa pemerintahan Raja Yosia. Ayat ini secara ringkas merangkum respons ilahi terhadap pertobatan dan kerendahan hati Yosia setelah penemuan Kitab Taurat yang hilang. Kisah ini bukan sekadar catatan sejarah kuno, melainkan sebuah pelajaran mendalam tentang pentingnya ketaatan, kerendahan hati, dan bagaimana Allah merespons umat-Nya yang mencari Dia dengan sungguh-sungguh.
Yosia naik takhta pada usia yang masih sangat muda, delapan tahun, dan di masa awalnya, ia masih dipengaruhi oleh nasihat para pembesar di sekelilingnya. Namun, pada tahun kedelapan belas pemerintahannya, sebuah peristiwa luar biasa terjadi. Ketika ia memerintahkan perbaikan Bait Allah yang telah lama terbengkalai dan dirusak oleh para pendahulunya, Imam Besar Hilkia menemukan sebuah gulungan Kitab Taurat. Penemuan ini menjadi titik balik yang monumental.
Seketika setelah Kitab Taurat dibacakan di hadapannya, Yosia menyadari betapa jauhnya umat Israel telah menyimpang dari perintah-perintah Allah. Ia melihat bagaimana kebodohan dan ketidakpedulian terhadap firman Tuhan telah membawa mereka pada kehancuran moral dan spiritual. Reaksi Yosia sangatlah kuat dan tulus. Ia merobek pakaiannya sebagai tanda kesedihan dan penyesalan mendalam atas dosa-dosa bangsanya. Ia juga membuang "pakaiannya" yang mungkin melambangkan kebanggaan dan kekuasaannya, sebagai ungkapan kerendahan hati di hadapan Allah.
Melalui Firman-Nya, Allah melalui Nabi Hulda menyatakan bahwa karena kerendahan hati, kebijaksanaan, dan pertobatan tulus Yosia, murka Allah tidak akan menimpa Yerusalem semasa hidupnya. Pernyataan ini merupakan sebuah janji keselamatan, namun juga pengingat akan konsekuensi dosa yang pasti akan datang jika bangsa itu terus menerus berpaling. Yosia tidak hanya berhenti pada penyesalan pribadinya, tetapi ia segera bertindak. Ia mengumpulkan seluruh rakyat Yehuda, dari yang terbesar hingga yang terkecil, dan membacakan kembali seluruh isi Kitab Taurat di hadapan mereka. Ini adalah tindakan kepemimpinan yang luar biasa, menunjukkan komitmennya untuk mengembalikan umatnya kepada jalan yang benar.
Kisah Yosia dalam 2 Tawarikh 34 ini mengajarkan kita beberapa prinsip penting. Pertama, betapa pentingnya firman Tuhan dalam kehidupan kita. Penemuan Kitab Taurat membawa kesadaran akan dosa dan kebutuhan akan pertobatan. Tanpa firman, kita seringkali tersesat dalam kegelapan. Kedua, Allah mendengarkan dan melihat hati yang tulus. Kerendahan hati, penyesalan, dan keinginan untuk taat adalah kunci yang membuka pintu penerimaan di hadapan-Nya. Ketiga, kepemimpinan yang berakar pada ketaatan kepada Allah dapat membawa perubahan besar. Yosia tidak hanya memerintah, tetapi ia memimpin bangsanya kembali kepada Allah.
Dalam konteks kehidupan modern, kita juga dipanggil untuk menghidupi prinsip-prinsip yang sama. Di tengah berbagai tantangan dan godaan dunia, penting bagi kita untuk terus kembali kepada Firman Tuhan, merenungkannya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kerendahan hati untuk mengakui kekurangan dan keterbatasan kita, serta keinginan untuk bertobat dan berubah, adalah fondasi utama dalam hubungan kita dengan Allah. Sebagaimana Yosia menunjukkan, respons Allah terhadap umat yang mencari Dia dengan hati yang benar selalu penuh kasih dan pengampunan, meskipun peringatan akan keadilan-Nya tetap ada.