2 Tawarikh 34:5 - Pemulihan dan Pemurnian Bait Allah

Dan mereka membersihkan mezbah-mezbah itu, dan ia menghancurkan tiang-tiang berhala dan patung-patung berhala yang tergantung, dan mematahkannya menjadi debu, dan menghancurkan semua mezbah batu yang ada, dan ia membiarkan hal itu terjadi pada hari raya Paskah itu.
Ikon simbol kesucian dan pemulihan

Kisah Raja Hizkia dalam 2 Tawarikh 34:5 menceritakan tentang sebuah momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda: pemurnian Bait Allah. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah gambaran mendalam tentang pentingnya membuang segala bentuk penyembahan berhala dan kembali kepada penyembahan yang murni kepada TUHAN.

Dalam konteks sejarahnya, raja Yosia, yang menjadi fokus pasal ini, naik takhta di usia yang masih muda. Ia mewarisi kerajaan yang telah lama terjerumus dalam praktik-praktik penyembahan dewa-dewa asing dan meninggalkan ajaran TUHAN. Bait Allah di Yerusalem, yang seharusnya menjadi pusat ibadah yang kudus, telah ternoda oleh mezbah-mezbah palsu dan patung-patung berhala yang disembah oleh rakyat.

Ayat 2 Tawarikh 34:5 secara dramatis menggambarkan tindakan Yosia. Ia memerintahkan pembersihan total terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan penyembahan berhala. Mezbah-mezbah yang dibangun untuk dewa-dewa asing dihancurkan. Tiang-tiang berhala yang melambangkan kekuatan atau dewa tertentu, dan patung-patung berhala yang diyakini memiliki kuasa, semuanya dihancurkan hingga menjadi debu. Bahkan mezbah-mezbah batu yang digunakan untuk persembahan kepada berhala pun tidak luput dari penghancuran.

Tindakan ini dilakukan secara khusus pada saat perayaan Paskah. Perayaan Paskah sendiri adalah pengingat akan pembebasan TUHAN atas umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Dengan melakukan pemurnian pada momen penting ini, Yosia menegaskan kembali bahwa kebebasan sejati hanya datang dari TUHAN semata, dan segala bentuk penyembahan selain kepada-Nya adalah bentuk perbudakan baru yang harus dibuang.

Dampak dari tindakan Yosia ini sangat signifikan. Pemurnian Bait Allah bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga sebuah pernyataan spiritual yang kuat. Ini menunjukkan komitmen Yosia untuk mengembalikan umatnya kepada perjanjian mereka dengan TUHAN. Tindakannya ini menjadi fondasi penting bagi pemulihan rohani bangsa Israel. Ketika pusat ibadah mereka kembali kudus, harapan akan pemulihan hubungan dengan TUHAN pun terbuka lebar.

Kisah ini memberikan pelajaran berharga bagi kita hingga saat ini. Seringkali, dalam kehidupan modern, kita tanpa sadar mengizinkan "berhala-berhala" baru masuk ke dalam hidup kita. Ini bisa berupa keserakahan, ambisi yang berlebihan, kepuasan diri, atau bahkan obsesi terhadap hal-hal duniawi yang mengalihkan fokus kita dari TUHAN. 2 Tawarikh 34:5 mengingatkan kita akan pentingnya melakukan "pemurnian" dalam hidup kita sendiri. Kita perlu secara sadar mengidentifikasi dan membuang segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita yang murni dengan Sang Pencipta. Pemulihan sejati selalu dimulai dari keberanian untuk membersihkan hati dan hidup dari hal-hal yang tidak berkenan di hadapan-Nya, agar kita dapat beribadah kepada-Nya dengan tulus dan penuh sukacita.