Ayat 2 Tawarikh 35:12 memberikan gambaran yang hidup tentang semangat pengabdian dan ketekunan para umat dan pelayan Tuhan dalam perayaan Paskah yang dipimpin oleh Raja Hizkia. Peristiwa ini bukan sekadar ritual keagamaan biasa, melainkan sebuah momen pemulihan iman dan penyucian kembali ibadah kepada TUHAN setelah sekian lama dilalaikan.
Fokus pada ayat ini adalah detail mengenai pengelolaan persembahan. Ini menunjukkan betapa teliti dan terorganisirnya umat pada masa itu dalam menjalankan perintah Tuhan. "Mereka mengolah dagingnya, dan mempersembahkan dari padanya" mengindikasikan bahwa hewan-hewan kurban yang dipersembahkan tidak hanya sekadar disembelih, tetapi diolah dengan baik untuk kemudian dipersembahkan kembali dalam berbagai bentuk ibadah. Ini adalah tindakan menghormati Tuhan dengan memberikan yang terbaik dan yang telah dipersiapkan dengan semestinya.
Lebih lanjut, ayat ini menekankan dua penerima utama dari hasil olahan persembahan tersebut: "dirinya sendiri dan untuk para imam". Pembagian ini mencerminkan prinsip keadilan dan kepedulian komunal dalam ibadah. Umat yang beribadah tidak hanya menikmati berkat dari persembahan itu sendiri, tetapi juga memastikan bahwa para pelayan Tuhan, yaitu para imam, mendapatkan bagian yang layak. Ini adalah pengakuan atas dedikasi mereka yang melayani di mezbah Tuhan.
Keterangan "karena para imam bekerja sampai malam dengan korban bakaran dan lemak" menyoroti pengorbanan para imam. Tugas mereka tidak berhenti ketika matahari terbenam. Mereka terus bekerja keras, mengurus korban bakaran dan bagian lemak dari persembahan, yang merupakan bagian penting dalam ibadah dan persembahan kepada TUHAN. Kesungguhan ini menunjukkan bahwa ibadah yang benar membutuhkan tenaga, waktu, dan dedikasi yang total.
Peran orang Lewi juga sangat penting, seperti yang disebutkan di akhir ayat, "Maka orang Lewi menyiapkan untuk dirinya sendiri dan untuk imam-imam, anak-anak Harun." Orang Lewi, yang memiliki tugas membantu para imam, turut ambil bagian dalam memastikan distribusi persembahan berjalan lancar. Mereka tidak hanya melayani diri sendiri tetapi juga memberikan perhatian kepada para imam, menunjukkan adanya kolaborasi yang harmonis dalam menjalankan tugas kenegaraan dan keagamaan.
Secara keseluruhan, 2 Tawarikh 35:12 mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan dalam melayani Tuhan, keikhlasan dalam memberikan persembahan, dan kepedulian terhadap sesama pelayan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa ibadah yang sejati melibatkan seluruh aspek kehidupan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga distribusi hasil dari persembahan tersebut, dengan penuh sukacita dan rasa syukur.