Ayat 2 Tawarikh 35:14 memberikan sebuah gambaran yang sangat jelas mengenai ketepatan, kekudusan, dan keteraturan dalam ibadah kepada Tuhan. Pasal ini menceritakan tentang Yosia, seorang raja yang saleh, yang memimpin bangsa Israel dalam perayaan Paskah yang luar biasa. Perayaan ini bukan sekadar ritual biasa, melainkan sebuah pemulihan ibadah yang telah lama terabaikan, sejalan dengan penemuan kembali Kitab Taurat oleh Hilkia.
Fokus pada ayat 14, kita melihat bagaimana orang-orang yang terlibat dalam ibadah tersebut melakukan tugas mereka dengan sungguh-sungguh. Frasa "Sedang persembahan-persembahan bakaran diperlakukan, mereka menyucikan diri..." menunjukkan sebuah proses yang tidak tergesa-gesa. Kata "menyucikan diri" di sini bukan hanya berarti membersihkan secara fisik, tetapi lebih kepada kesiapan rohani. Dalam konteks ibadah Israel kuno, penyucian diri adalah syarat mutlak sebelum mendekat kepada Tuhan, terutama dalam mempersembahkan korban. Hal ini menegaskan pentingnya hati yang murni dan kesungguhan dalam setiap aspek ibadah.
Lebih lanjut, ayat tersebut menyatakan, "...lalu mempersembahkan persembahan bakaran kepada TUHAN untuk keturunan Harun, imam-imam itu; dan untuk orang Lewi." Ini menunjukkan sebuah susunan organisasi ibadah yang rapi dan terstruktur. Persembahan bakaran, yang merupakan salah satu jenis korban utama dalam hukum Musa, dipersembahkan kepada TUHAN. Namun, yang menarik di sini adalah penekanan pada penyampaian persembahan tersebut "untuk keturunan Harun, imam-imam itu; dan untuk orang Lewi." Hal ini menggarisbawahi peran penting para imam dan orang Lewi dalam sistem ibadah Bait Suci. Mereka adalah saluran yang ditunjuk Tuhan untuk melayani umat-Nya. Persembahan yang dipersembahkan oleh umat selanjutnya akan ditangani dan dipersembahkan oleh para imam dan orang Lewi sesuai dengan ketentuan Taurat.
Dalam konteks kekinian, ayat ini mengajarkan kita beberapa prinsip penting. Pertama, ibadah kepada Tuhan haruslah kudus dan terstruktur. Tidak ada ruang untuk kecerobohan atau ketidakpedulian. Setiap elemen ibadah, dari persiapan hati hingga pelaksanaan ritual, harus dilakukan dengan penuh hormat dan kesungguhan. Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya peran para pemimpin rohani yang telah Tuhan tetapkan. Sama seperti para imam dan orang Lewi yang memiliki tugas spesifik, para pemimpin gereja di masa kini memiliki tanggung jawab untuk membimbing jemaat dalam ibadah yang benar.
Perayaan Paskah di bawah pemerintahan Yosia, seperti yang dicatat dalam pasal 35, adalah momen kebangkitan rohani bagi seluruh bangsa. Ini bukan hanya tentang mengingat sejarah penyelamatan dari Mesir, tetapi juga tentang mengalami kembali hadirat Tuhan melalui ibadah yang diperbarui. Ayat 2 Tawarikh 35:14 adalah bukti nyata dari komitmen Yosia dan rakyatnya untuk mengembalikan ibadah kepada kemurnian dan keteraturan yang dikehendaki Tuhan. Hal ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa memeriksa kehidupan ibadah kita, memastikan bahwa hati kita disucikan, dan setiap persembahan yang kita berikan – baik materi maupun diri kita sendiri – dipersembahkan dengan tepat kepada Tuhan melalui saluran-saluran yang telah Dia sediakan.
Simbol Kebenaran dan Ibadah yang Tepat