"Segala ibadah TUHAN disiapkan pada hari itu, untuk merayakan Paskah dan untuk mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah TUHAN, sesuai dengan titah raja Hizkia."
Ayat dari 2 Tawarikh 35:16 ini membawa kita pada sebuah gambaran monumental tentang ketaatan dan perayaan yang mendalam dalam sejarah Israel. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Hizkia, seorang raja yang dikenal karena ketulusan hatinya dalam mengikuti Tuhan dan memperbaiki keadaan rohani umat-Nya. Pelaksanaan Paskah yang dicatat dalam pasal ini bukanlah Paskah biasa, melainkan sebuah pemulihan ibadah yang telah lama terabaikan dan dinodai oleh praktik-praktik penyembahan berhala di masa raja-raja sebelumnya. Hizkia mengambil langkah berani dan menyeluruh untuk mengembalikan umat Israel kepada ibadah yang murni kepada TUHAN.
Fokus pada 2 Tawarikh 35:16 adalah persiapan dan pelaksanaan ibadah Paskah. Frasa "Segala ibadah TUHAN disiapkan pada hari itu" menekankan betapa komprehensifnya persiapan yang dilakukan. Ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi sebuah upaya terorganisir yang melibatkan banyak elemen. Persiapan ini mencakup pembersihan Bait Suci yang telah dinajiskan, pemulihan tata tertib ibadah, pengembalian peran para imam dan orang Lew yang telah diabaikan, serta pengumpulan persembahan yang diperlukan. Seluruh upaya ini didorong oleh keinginan yang tulus untuk menyenangkan hati Tuhan dan memulihkan hubungan umat dengan-Nya.
Perayaan Paskah adalah momen penting yang memperingati pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Melalui Paskah, umat diingatkan akan kuasa Tuhan yang ajaib dan perjanjian setia-Nya. Pelaksanaan Paskah di bawah Hizkia ini sangat istimewa karena dilakukan dengan semangat yang baru dan keseriusan yang mendalam. Ayat ini secara spesifik menyebutkan "mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah TUHAN". Korban bakaran merupakan tanda penyerahan diri total dan penyucian, yang semakin memperkuat makna pemulihan dan ketaatan umat.
Yang paling menonjol dari ayat ini adalah pengaitannya dengan "titah raja Hizkia". Ini menunjukkan kepemimpinan yang efektif dan berani dari seorang raja yang menempatkan kehendak Tuhan di atas segalanya. Hizkia tidak hanya memerintahkan, tetapi juga menjadi teladan dalam ketaatan. Keputusannya untuk merayakan Paskah dengan cara yang benar, sebagaimana tertulis dalam kitab Taurat, menjadi dasar bagi seluruh umat untuk mengikutinya. Tindakan ini bukan hanya mengembalikan tradisi keagamaan, tetapi juga memupuk kesatuan rohani di antara seluruh suku Yehuda dan bahkan mengundang sebagian dari suku Manasye dan Efraim untuk bergabung.
Kisah ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya memelihara ibadah kepada Tuhan dengan kesungguhan hati dan persiapan yang matang. Ketika pemimpin berani memimpin dengan taat, dan seluruh umat merespon dengan sukacita dan ketulusan, maka pemulihan rohani yang mendalam dapat terjadi. Ayat 2 Tawarikh 35:16 menjadi saksi bisu akan kuasa pemulihan Tuhan yang dapat bekerja melalui orang-orang yang rela dipimpin dan diubahkan, serta keinginan-Nya untuk umat-Nya hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada-Nya. Perayaan ini merupakan puncak dari upaya Hizkia untuk membersihkan dan memulihkan bangsa dari kemerosotan rohani, dan ini adalah teladan yang berharga bagi setiap generasi yang merindukan hubungan yang lebih dekat dengan Sang Pencipta.