2 Tawarikh 35:26

Segala kebaktian dan persembahan syukur lainnya yang dilakukan Israel, dicatat dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda.

Ilustrasi tawarikh, buku suci dengan pena

Ayat 2 Tawarikh 35:26 membawa kita pada penutup kisah kebangunan rohani yang dipimpin oleh Raja Yosia. Setelah menyingkirkan segala bentuk penyembahan berhala dan mengembalikan ibadah yang benar kepada Tuhan, Yosia juga menekankan pentingnya pencatatan dan pelestarian sejarah iman umat Tuhan. Kalimat ringkas ini, "Segala kebaktian dan persembahan syukur lainnya yang dilakukan Israel, dicatat dalam kitab raja-raja Israel dan Yehuda," memiliki makna yang mendalam bagi pemahaman iman Kristen saat ini.

Pertama, ayat ini menegaskan bahwa Tuhan memperhatikan setiap detail ibadah yang tulus. Yosia tidak hanya memerintahkan agar perayaan Paskah dilakukan sesuai Firman Tuhan, tetapi juga memastikan bahwa semua peristiwa penting dalam ibadah tersebut didokumentasikan. Ini menunjukkan bahwa ibadah yang saleh bukanlah sesuatu yang spontan dan sementara, melainkan sebuah rangkaian tindakan iman yang berkesinambungan dan dapat diwariskan. Dalam konteks yang lebih luas, pencatatan ini berfungsi sebagai kesaksian bagi generasi mendatang tentang kesetiaan Tuhan dan bagaimana umat-Nya merespons kasih karunia-Nya.

Kedua, keberadaan "kitab raja-raja Israel dan Yehuda" menjadi bukti pentingnya memelihara catatan sejarah keagamaan. Kitab-kitab ini bukan sekadar kronik politik, tetapi juga memuat narasi tentang hubungan perjanjian antara Tuhan dan umat-Nya. Melalui catatan-catatan ini, pengalaman iman, keberhasilan, kegagalan, dan anugerah Tuhan dapat dipelajari dan direfleksikan. Hal ini serupa dengan bagaimana Kitab Suci, termasuk kitab Tawarikh itu sendiri, telah dilestarikan untuk mengajar dan membimbing kita hingga kini. Pencatatan ibadah dan persembahan syukur adalah cara untuk mengenang perbuatan ajaib Tuhan dan untuk membangun fondasi iman yang kuat bagi masa depan.

Ketiga, fokus pada "kebaktian dan persembahan syukur" menyoroti esensi ibadah yang disukai Tuhan. Bukan hanya ritual formal, tetapi hati yang bersyukur dan keinginan untuk menyenangkan Tuhan. Raja Yosia dan bangsa Israel, pada masa itu, sedang mengalami pemulihan iman yang mendalam. Perayaan Paskah yang besar, seperti yang dijelaskan pada pasal-pasal sebelumnya, adalah ekspresi dari sukacita, penyesalan, dan pengabdian mereka kepada Tuhan setelah sekian lama hidup dalam kefasikan. Ayat ini menggarisbawahi bahwa setiap tindakan ketaatan, setiap persembahan yang tulus, dan setiap momen syukur adalah berharga di mata Tuhan dan layak untuk diingat.

Dalam kehidupan modern, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menginternalisasi, merayakan, dan mungkin juga mencatat pengalaman pribadi kita dengan Tuhan. Bagaimana kita beribadah hari ini, bagaimana kita menunjukkan syukur, dan bagaimana kita menaati perintah-Nya, semuanya adalah bagian dari perjalanan iman yang Tuhan perhatikan. Biarlah kesaksian sejarah iman yang telah dicatat dan dilestarikan menjadi sumber inspirasi dan pengingat akan kesetiaan Tuhan yang tak pernah berubah, serta mendorong kita untuk terus hidup dalam kesetiaan dan syukur kepada-Nya.