2 Tawarikh 35:3 - Perayaan Paskah dan Ketaatan

"Dan berkatalah ia kepada orang Lewi, yang mengajar seluruh orang Israel dan yang menguduskan diri kepada TUHAN: ‘Letakkanlah tabut kudus itu di rumah, yang didirikan oleh Salomo bin Daud, raja Israel; kamu tidak perlu lagi memikulnya di atas bahu. Sekarang, beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu, dan kepada umat-Nya, Israel."

Ayat 2 Tawarikh 35:3 ini merupakan bagian dari narasi penting mengenai pemulihan ibadah di Yerusalem di bawah pemerintahan Raja Hizkia, dan kemudian diulangi di bawah Raja Yosia. Ayat ini secara khusus menyoroti instruksi penting yang diberikan oleh Raja Yosia kepada orang-orang Lewi. Perintah ini bukan sekadar pemindahan fisik sebuah objek sakral, melainkan sebuah simbol pengembalian fokus dan prioritas kepada Tuhan dan umat-Nya.

Makna Perintah Yosia

Pada masa-masa sebelumnya, Tabut Perjanjian, yang merupakan lambang kehadiran Allah di tengah umat-Nya, seringkali diperlakukan dengan kurang hormat atau bahkan dilupakan selama periode ketidaktaatan dan kekacauan. Orang Lewi, yang bertugas memikul dan menjaga tabut, tampaknya telah memikul beban tersebut dalam arti harfiah dan metaforis.

Perintah Yosia untuk "meletakkan tabut kudus itu di rumah" menunjukkan sebuah transformasi fundamental. Tabut tidak lagi harus dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain karena kebutuhan darurat atau karena ketidaklayakan Bait Allah untuk menampungnya. Sebaliknya, tabut itu dikembalikan ke tempatnya yang semestinya, yaitu di Bait Allah yang telah direnovasi dan disucikan kembali. Ini menandakan bahwa umat Israel, di bawah bimbingan Yosia, telah kembali pada ketaatan dan penghormatan yang benar terhadap Tuhan.

Lebih dari sekadar pemulihan fisik, ayat ini menekankan pergeseran fokus. Yosia memerintahkan, "Sekarang, beribadahlah kepada TUHAN, Allahmu, dan kepada umat-Nya, Israel." Ini adalah seruan untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada ibadah yang benar dan untuk mengingat identitas mereka sebagai umat pilihan Allah. Tugas orang Lewi sebagai pengajar dan penjaga kekudusan dipertegas, namun kini dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tujuan ibadah: bukan sekadar ritual, melainkan hubungan yang hidup dengan Tuhan.

Relevansi Ibadah yang Benar

Kisah Yosia, termasuk ayat 2 Tawarikh 35:3, memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya ibadah yang berpusat pada Tuhan. Ketika fokus ibadah kita teralihkan pada hal-hal duniawi, ritual kosong, atau bahkan pada diri sendiri, kita berisiko kehilangan makna sejati dari persekutuan dengan Allah. Perintah Yosia mengingatkan kita bahwa ketaatan, pemurnian hati, dan pengabdian total adalah fondasi dari ibadah yang berkenan.

Perayaan Paskah yang dilakukan Yosia juga menjadi momen puncak pemulihan ini, menunjukkan bahwa kembalinya orang Israel kepada Tuhan disertai dengan tindakan nyata seperti ketaatan pada hukum Taurat dan penghormatan terhadap simbol-simbol perjanjian-Nya. Ayat ini adalah pengingat kuat bahwa ibadah yang hidup selalu berakar pada Firman Tuhan dan diwujudkan dalam ketaatan yang tulus kepada-Nya serta kasih kepada sesama umat-Nya.