"Pada tahun pertama pemerintahan Kores, Raja Persia, TUHAN menggerakkan hati Kores, sehingga ia mengeluarkan perintah yang disiarkan ke seluruh kerajaannya, baik dengan lisan maupun surat: 'Beginilah kata Kores, Raja Persia: Segala kerajaan bumi telah dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Allah di sorga. Ia menugaskan aku untuk mendirikan rumah bagi-Nya di Yerusalem, yang di Yehuda. Siapa di antara kamu termasuk seluruh umat-Nya, bolehlah ia pergi ke sana untuk membangun rumah TUHAN, Allah Israel itu. Dialah Allah yang diam di Yerusalem.'"
Ayat ini dicatat pada akhir periode pembuangan bangsa Israel di Babel. Selama tujuh puluh tahun, umat pilihan Allah harus merasakan penderitaan dan kehilangan tanah air mereka. Bait Allah di Yerusalem telah dihancurkan, dan mereka hidup dalam keterasingan. Namun, justru pada saat keputusasaan inilah, Allah menunjukkan belas kasihan-Nya yang luar biasa. Ayat 2 Tawarikh 36:22 menandai sebuah titik balik monumental dalam sejarah Israel. Ini bukan sekadar pengalihan kekuasaan politik, tetapi sebuah intervensi ilahi yang secara langsung menggerakkan hati seorang penguasa asing demi kepentingan umat-Nya.
Kores Agung, raja Persia yang kuat, dalam firman yang diperintahkan oleh Allah, mengakui bahwa segala kekuasaannya berasal dari TUHAN, Allah di sorga. Pengakuan ini sangat penting. Ini menunjukkan bahwa bahkan bangsa-bangsa non-Israel pun dapat menjadi alat di tangan Allah untuk melaksanakan rencana-Nya. Perintah Kores bukan hanya izin, tetapi dorongan aktif untuk memulihkan umat yang telah dibuang. Ia tidak hanya mengizinkan mereka kembali ke tanah leluhur, tetapi secara spesifik memerintahkan pembangunan kembali rumah ibadah bagi TUHAN di Yerusalem. Ini adalah manifestasi nyata dari pemulihan yang dijanjikan, di mana Allah tidak melupakan umat-Nya meskipun mereka telah jatuh dalam dosa dan menerima konsekuensinya.
Kisah pemulihan bangsa Israel melalui firman Kores ini memiliki resonansi yang kuat hingga masa kini. Bagi orang percaya, ayat ini mengingatkan bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat atas segala sesuatu, termasuk hati para pemimpin dunia. Di tengah kesulitan, penderitaan, atau perasaan terbuang dalam berbagai aspek kehidupan, janji pemulihan Allah tetap berlaku. Kehancuran atau kegagalan yang mungkin kita alami bukanlah akhir dari segalanya. Allah memiliki kuasa untuk menggerakkan situasi, orang, dan sumber daya demi kebaikan kita, bahkan melalui cara-cara yang tidak terduga.
Perintah untuk membangun kembali Bait Allah menekankan pentingnya pemulihan rohani dan kembali kepada hubungan yang benar dengan Allah. Bagi kita hari ini, ini bisa diartikan sebagai membangun kembali kehidupan iman kita, memperkuat hubungan dengan sesama orang percaya, dan melanjutkan tugas pelayanan yang telah dipercayakan kepada kita. Keruntuhan bisa terasa menghancurkan, tetapi dengan pertolongan ilahi, fondasi baru dapat diletakkan, dan sesuatu yang lebih kuat serta indah dapat dibangun. Kores, meskipun bukan penyembah TUHAN, menjadi saluran berkat ilahi. Ini mengajarkan kita untuk senantiasa membuka mata terhadap kemungkinan pertolongan dan pemulihan yang datang dari berbagai arah, yang pada akhirnya berakar pada kebaikan dan kuasa Allah semata.
Simbol pemulihan dan harapan baru.
Jadi, 2 Tawarikh 36:22 bukan hanya catatan sejarah kuno, tetapi sebuah kesaksian abadi tentang kesetiaan Allah kepada umat-Nya. Ini adalah janji bahwa bahkan dalam kegelapan terpanjang pun, fajar pemulihan akan tiba, diprakarsai oleh kehendak dan kuasa Sang Pencipta yang mahakuasa.