2 Tawarikh 4:19 - Harta Gereja yang Diberikan

"Dan Salomo mendatangkan barang-barang emas dari Tirus, dan meja mezbah dan dasar-dasarnya, dan barang-barang perak dari Tirus, dan barang-barang emas dari Tirus, dan loh-loh daging dan wadah-wadahnya dari emas, dan cawan-cawan dari emas, dan piala-piala dari emas, dan dari emas murni juga."

Ilustrasi ornate furnishings for a temple

Ayat 2 Tawarikh 4:19 mencatat secara spesifik tentang beberapa perbekalan penting yang didatangkan oleh Raja Salomo, terutama dari kota Tirus, untuk melengkapi kemegahan Bait Suci yang sedang dibangunnya. Perintah untuk membangun Bait Suci ini merupakan bagian dari rencana besar Allah yang diwariskan kepada Daud, ayahnya, dan dilaksanakan oleh Salomo. Keberadaan benda-benda berharga seperti emas dan perak, yang diolah menjadi meja mezbah, dasar-dasarnya, loh-loh daging, wadah-wadah, cawan-cawan, dan piala-piala, menegaskan status Bait Suci sebagai tempat yang sangat istimewa dan mulia di hadapan Allah dan bangsa Israel.

Pemilihan Tirus sebagai sumber perbekalan ini bukan tanpa alasan. Tirus pada masa itu dikenal sebagai pusat perdagangan maritim yang kaya dan memiliki keahlian dalam pengolahan logam mulia. Hubungan diplomatik dan komersial antara Israel dengan Tirus, yang dijalin melalui Raja Hiram, memungkinkan Salomo memperoleh bahan baku berkualitas tinggi dan hasil karya seni yang indah. Ayat ini menyoroti bagaimana sumber daya duniawi, yang diperoleh melalui hubungan yang bijak, dapat digunakan untuk tujuan ilahi dan untuk kemuliaan Allah. Emas murni yang disebutkan secara berulang menegaskan betapa seriusnya Salomo dalam menata rumah Tuhan agar mencerminkan keagungan-Nya.

Lebih dari sekadar daftar benda-benda material, ayat ini juga menyiratkan sebuah prinsip penting mengenai persembahan. Barang-barang yang dipersembahkan ini bukan semata-mata benda yang tidak terpakai, melainkan barang-barang yang berharga dan dibuat dengan keahlian tinggi. Hal ini mengajarkan bahwa dalam memberikan persembahan kepada Tuhan, kita diajak untuk memberikan yang terbaik dari apa yang kita miliki, baik itu harta benda, waktu, talenta, maupun tenaga. Kemegahan Bait Suci bukan hanya tentang keindahan fisiknya, tetapi juga tentang hati yang tulus dan keinginan untuk menghormati Allah melalui setiap aspeknya.

Penggunaan emas murni, dan bukan hanya lapisan emas, menunjukkan komitmen penuh dan ketulusan dalam proses pembangunan. Ini mengajarkan bahwa dalam pelayanan kepada Tuhan, kita harus tulus dari hati, tanpa kepalsuan. Setiap detail yang diuraikan dalam Kitab Suci ini mengajak umat beriman untuk merenungkan pentingnya menghargai dan memperlakukan tempat ibadah serta segala perlengkapannya dengan hormat. Keindahan dan kemuliaan Bait Suci yang dipaparkan dalam ayat ini menjadi cerminan keindahan dan kemuliaan Allah yang tak terbandingkan. Melalui persembahan yang begitu melimpah dan indah, Salomo dan bangsanya menunjukkan pengabdian yang mendalam dan rasa syukur kepada Sang Pencipta yang telah memberikan segala sesuatu.