" hai penduduk tanah ini, kumpulkanlah barang-barangmu seolah-olah hendak mengungsi, sebab sebentar lagi mereka akan menangkapmu."
Ayat Yeremia 10:17 mungkin terlihat sekilas sebagai peringatan tentang bencana alam atau invasi militer. Namun, jika kita membacanya dalam konteks pasal 10 Kitab Yeremia, kita akan menemukan makna yang lebih dalam dan relevan hingga kini. Pasal ini secara tegas berbicara tentang kesia-siaan menyembah ilah-ilah buatan manusia, yang tidak memiliki kekuatan, tidak dapat berbicara, bergerak, maupun menyelamatkan. Sebaliknya, Allah yang sejati digambarkan sebagai Pencipta segala sesuatu, yang memegang kendali atas alam semesta dan masa depan umat manusia.
Dalam konteks abad ke-21, ayat ini mengingatkan kita untuk secara kritis mengevaluasi "ilah-ilah" modern yang mungkin kita puja. Apa sajakah itu? Bisa jadi itu adalah kekayaan materi yang berlimpah, ambisi pribadi yang tak terbatas, status sosial yang tinggi, teknologi canggih yang dipercaya dapat menyelesaikan segala masalah, atau bahkan ideologi politik yang dianggap sempurna. Sama seperti patung-patung yang dibuat oleh tangan manusia di zaman Yeremia, semua hal ini, meskipun tampak kuat dan menarik, pada dasarnya adalah ciptaan yang tidak dapat memberikan kepuasan abadi atau keselamatan sejati.
Pesan Yeremia 10:17 adalah seruan untuk kembali kepada Allah yang Maha Kuasa. Kesusahan dan ancaman yang disebutkan dalam ayat tersebut seringkali menjadi konsekuensi dari berpaling dari sumber kekuatan sejati dan mengandalkan hal-hal yang fana. Ketika kita menempatkan kepercayaan kita pada hal-hal yang tidak memiliki kekuatan ilahi, kita pada akhirnya akan menemukan diri kita dalam posisi yang rapuh, seperti mereka yang "mengumpulkan barang-barang seolah-olah hendak mengungsi" karena ancaman yang tak terhindarkan.
Allah dalam Alkitab bukanlah ilah yang pasif atau patung bisu. Dia adalah Pribadi yang hidup, yang berbicara melalui Firman-Nya, yang bertindak dalam sejarah, dan yang menawarkan perlindungan serta harapan bagi mereka yang mencari-Nya. Perbandingan antara ilah-ilah buatan dan Allah yang Pencipta sangat jelas. Yang satu adalah produk tangan manusia yang lemah, yang lain adalah Sumber kehidupan dan kekuatan yang tak terbatas.
Oleh karena itu, Yeremia 10:17 bukan hanya catatan sejarah, melainkan sebuah tuntunan rohani. Ia mengajak kita untuk membedakan mana yang benar-benar dapat diandalkan dan mana yang hanya menawarkan ilusi keamanan atau kepuasan sementara. Dengan mengenali Allah yang sejati sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan keselamatan, kita dapat hidup dengan keyakinan, terlepas dari tantangan atau "ancaman" yang mungkin muncul di sekitar kita. Keadilan dan kebenaran ilahi adalah fondasi yang kokoh, tidak seperti ilah-ilah yang diciptakan manusia yang mudah runtuh.