2 Tawarikh 5:4

"Ketika semua imam yang berdiri di tempatnya itu mulai meniup sangkakala, dan apabila orang Israel yang ada di sana mendengarnya, mereka bersorak-sorai, sambil memuji TUHAN, karena takhta-Nya didirikan."

Harmoni

Simbol harmoni dan kebersamaan dalam ibadah.

Ayat 2 Tawarikh 5:4 menceritakan sebuah momen monumental dalam sejarah umat Israel: pemindahan Tabut Perjanjian ke Bait Suci yang baru didirikan oleh Raja Salomo. Momen ini bukan sekadar perpindahan fisik sebuah benda suci, melainkan puncak dari pengabdian, ketaatan, dan kerinduan mendalam umat Israel untuk memiliki pusat ibadah yang permanen bagi TUHAN. Ayat ini secara spesifik menyoroti respons luar biasa yang menggema saat sangkakala dibunyikan, menandakan dimulainya ibadah yang dipenuhi dengan sukacita dan pujian.

Deskripsi dalam ayat ini melukiskan gambaran yang hidup tentang bagaimana umat Israel, dari yang paling sederhana hingga yang paling terhormat, bersatu dalam satu suara. Para imam, yang memiliki peran sentral dalam upacara keagamaan, memimpin dengan meniup sangkakala. Suara mereka yang nyaring dan bergema diperkuat oleh sorak-sorai serta pujian yang dilantunkan oleh seluruh jemaat Israel. Suara-suara itu bersatu, menciptakan simfoni pujian yang bukan hanya terdengar di dalam Bait Suci, tetapi juga memenuhi seluruh Yerusalem.

Fokus utama dari pujian ini adalah "karena takhta-Nya didirikan." Ini mengindikasikan bahwa mereka bersukacita bukan hanya karena keberhasilan pembangunan fisik Bait Suci, tetapi lebih dari itu, karena kehadiran TUHAN secara nyata terwujud di tengah-tengah mereka. Tabut Perjanjian adalah simbol perjanjian dan kehadiran Allah di antara umat-Nya. Ketika Tabut itu ditempatkan di tempatnya yang semestinya di dalam Ruang Mahakudus, ini adalah penggenapan janji Allah untuk berdiam bersama umat-Nya. Kebahagiaan mereka adalah ekspresi iman bahwa Allah mereka hadir, berkuasa, dan berdaulat.

Momen ini mengajarkan kita tentang pentingnya ibadah yang benar dan tulus. Ibadah yang menyenangkan hati TUHAN adalah ibadah yang datang dari hati yang penuh syukur dan pengakuan akan kebesaran-Nya. Ayat ini juga menekankan kekuatan persatuan dalam ibadah. Ketika umat berkumpul dengan satu tujuan, yaitu memuliakan Allah, dampaknya bisa sangat besar, menciptakan suasana kekudusan dan kegembiraan rohani yang menguatkan iman setiap individu.

Lebih jauh lagi, 2 Tawarikh 5:4 menjadi pengingat bahwa kehadiran Allah di dalam hidup kita, baik secara pribadi maupun komunal, adalah alasan terbesar untuk bersukacita. Ini bukan tentang kemegahan materi atau keberhasilan duniawi semata, tetapi tentang hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta. Ketika kita menyadari bahwa takhta-Nya berdiam di dalam hati kita melalui Roh Kudus, respons yang paling alami adalah pujian, penyembahan, dan hidup yang mencerminkan kehendak-Nya. Semangat kebersamaan dan pujian yang digambarkan dalam ayat ini dapat menjadi teladan bagi gereja dan komunitas orang percaya masa kini untuk senantiasa merayakan kehadiran Allah dengan penuh sukacita dan hikmat.