2 Tawarikh 6:25 - Doa Salomo untuk Keadilan dan Pengampunan

"Maka dengarkanlah Engkau dari tempat kediaman-Mu di sorga, dan ampunilah dosa hamba-Mu dan umat-Mu, orang Israel; ajarkanlah mereka jalan yang benar yang harus mereka turuti, dan berikanlah hujan ke tanah-Mu yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka sebagai milik pusaka."
🙏 📖 🌧️ Keadilan & Berkat

Ayat 2 Tawarikh 6:25 ini merupakan bagian penting dari doa penahbisan Bait Allah yang dinaikkan oleh Raja Salomo. Doa ini mencerminkan kedalaman iman dan pemahaman Salomo tentang sifat Allah serta kebutuhan umat-Nya. Di tengah kemegahan pembangunan Bait Suci, Salomo tidak melupakan inti dari hubungan antara Allah dan umat-Nya, yaitu keadilan, pengampunan, dan tuntunan ilahi.

Inti dari ayat ini adalah permohonan Salomo agar Allah mendengar dari tempat kediaman-Nya di surga. Ini menunjukkan pengakuan Salomo akan kekuasaan dan kedudukan Allah yang mahatinggi, namun juga kedekatan-Nya untuk mendengarkan doa umat-Nya. Permohonan pertama yang diajukan adalah "ampunilah dosa hamba-Mu dan umat-Mu, orang Israel." Ini adalah pengakuan tulus akan ketidaksempurnaan manusia dan pengakuan bahwa pengampunan hanya dapat datang dari Allah. Tanpa pengampunan, tidak ada dasar yang kokoh untuk hubungan yang benar dengan Sang Pencipta.

Selanjutnya, Salomo memohon agar Allah "ajarkanlah mereka jalan yang benar yang harus mereka turuti." Permohonan ini lebih dari sekadar pengampunan dosa; ini adalah kerinduan akan bimbingan moral dan spiritual. Umat Israel membutuhkan pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan yang berkenan di hadapan Allah, bagaimana menerapkan hukum-hukum-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah gambaran bahwa iman sejati bukan hanya tentang mendapatkan pengampunan, tetapi juga tentang hidup dalam ketaatan dan kebenaran yang diajarkan oleh Allah.

Permohonan terakhir dalam ayat ini sangat spesifik dan penuh harapan: "dan berikanlah hujan ke tanah-Mu yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka sebagai milik pusaka." Hujan di tanah Israel memiliki makna simbolis dan praktis yang sangat besar. Secara praktis, hujan adalah sumber kehidupan bagi pertanian, yang menjadi tulang punggung perekonomian dan kelangsungan hidup bangsa Israel. Tanpa hujan, tanah akan menjadi tandus, dan kelaparan mengancam. Secara simbolis, berkat hujan seringkali diartikan sebagai tanda perkenanan Allah dan kelimpahan berkat ilahi.

Permohonan ini juga mengingatkan pada perjanjian Allah dengan nenek moyang mereka, yaitu Abraham, Ishak, dan Yakub. Salomo menekankan bahwa tanah ini adalah milik pusaka yang telah dianugerahkan Allah, dan keberlangsungan pemberian berkat ini bergantung pada ketaatan umat-Nya serta belas kasihan Allah. Doa ini menunjukkan bahwa Salomo memahami pentingnya hubungan yang terus-menerus dengan Allah, di mana pengampunan, bimbingan, dan berkat materi menjadi bagian integral dari kehidupan umat beriman.

Secara keseluruhan, 2 Tawarikh 6:25 menyajikan inti dari doa yang saleh: pengakuan dosa, permohonan pengampunan, kerinduan akan bimbingan ilahi, dan keyakinan akan pemeliharaan Allah. Ayat ini relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa dalam segala situasi, kita dapat datang kepada Allah dengan hati yang tulus, memohon ampun, meminta tuntunan, dan mempercayakan segala kebutuhan kita kepada-Nya, sambil tetap mengingat janji-janji-Nya.