2 Tawarikh 6:3 - Doa Salomo Saat Peresmian Bait Allah

"Lalu ia berpaling dengan mukanya menghadap jemaah Israel, sedang seluruh jemaah Israel berdiri."
Ketetapan dan Kebenaran Damai Sejahtera dan Kepercayaan

Ayat 2 Tawarikh 6:3 membawa kita pada momen penting dalam sejarah Israel: peresmian Bait Allah yang megah di Yerusalem. Setelah bertahun-tahun perencanaan dan pembangunan yang detail di bawah kepemimpinan Raja Daud dan diwujudkan oleh putranya, Raja Salomo, tibalah saatnya untuk menguduskan rumah bagi hadirat Allah. Ayat ini secara spesifik menggambarkan sikap dan posisi Raja Salomo saat ia memulai doa peresmian yang monumental. Ia "berpaling dengan mukanya menghadap jemaah Israel, sedang seluruh jemaah Israel berdiri."

Tindakan Salomo ini bukanlah sekadar formalitas. Menghadap umat di hadapan mezbah dan Tabut Perjanjian menunjukkan rasa hormat, pengakuan atas peran serta umat dalam pembangunan dan kelangsungan iman, serta penegasan bahwa Bait Allah adalah milik seluruh umat, bukan hanya milik raja. Posisi ini menyiratkan bahwa ibadah dan persembahan yang akan datang adalah respons kolektif terhadap kasih dan janji Allah. Seluruh jemaah yang berdiri juga mencerminkan keseriusan, kekudusan, dan pengharapan yang memenuhi ruangan pada momen sakral tersebut. Berdiri adalah sikap penghormatan dan kesiapan untuk menerima firman serta berpartisipasi dalam ibadah.

Doa yang diucapkan Salomo setelahnya adalah salah satu doa terpanjang dan terindah dalam Alkitab. Ia mengakui kedaulatan Allah yang tidak terbatas, kebaikan-Nya yang tak pernah berhenti, dan menggemakan kembali janji-janji-Nya kepada Abraham dan keturunannya. Doa ini penuh dengan kerendahan hati dan pengakuan akan ketidaklayakan manusia, namun juga dilandasi keyakinan yang kuat akan kesetiaan Allah. Salomo memohon agar Allah berkenan mendengarkan doa-doa yang akan dinaikkan di Bait ini, baik dari raja maupun dari seluruh umat, dalam berbagai situasi, baik sukacita maupun kesusahan, baik keberhasilan maupun kegagalan.

Pesan dari 2 Tawarikh 6:3 dan doa Salomo yang menyertainya memiliki relevansi abadi bagi umat beriman. Bait Allah fisik di Yerusalem memang telah dihancurkan, namun konsep Bait Allah terus hidup. Bagi orang Kristen, tubuh orang percaya adalah Bait Roh Kudus, dan gereja sebagai persekutuan orang percaya adalah Bait Allah yang hidup. Momen peresmian ini mengingatkan kita akan pentingnya kekudusan, penghormatan, dan keterlibatan seluruh jemaah dalam membangun kehidupan rohani pribadi dan komunal. Ketika kita berdoa, kita juga dipanggil untuk berdiri di hadapan Allah dengan hormat, menyadari kehadiran-Nya, dan mengakui bahwa ibadah kita adalah respons atas kasih dan karya-Nya yang luar biasa.

Doa Salomo mengajarkan kita untuk memohon agar Allah mendengarkan doa-doa kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan memberikan hikmat serta perlindungan. Ia juga mengingatkan kita untuk selalu memelihara hubungan yang benar dengan Allah dan sesama. Peristiwa ini adalah pengingat akan kuasa dan kemuliaan Allah yang telah bekerja melalui umat-Nya untuk mendirikan tempat bagi kehadiran-Nya di bumi, sebuah tempat di mana umat dapat datang bersekutu, memohon pertolongan, dan memuliakan nama-Nya.

Dengan semangat yang sama, marilah kita senantiasa mempersembahkan "bait" kehidupan kita kepada Allah, dengan sikap hati yang rendah hati, penuh hormat, dan kesadaran akan kehadiran-Nya yang senantiasa menyertai.