"Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam itu dan berfirman kepadanya: "Telah Kudengar doamu dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan."
Simbol kediaman Tuhan dan doa yang didengar.
Ayat 2 Tawarikh 7:12 merupakan salah satu momen krusial dalam sejarah rohani umat Israel, yang tercatat dalam Kitab Suci. Ayat ini menggambarkan sebuah perjumpaan ilahi yang signifikan antara Allah dan Raja Salomo, setelah upacara peresmian Bait Suci yang megah di Yerusalem. Peristiwa ini bukan hanya sekadar pencapaian arsitektural, melainkan sebuah peneguhan perjanjian dan kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Tuhan sendiri turun tangan untuk menyatakan penerimaan-Nya atas rumah persembahan yang telah dibangun dengan susah payah oleh Salomo dan seluruh rakyat.
Tuhan menampakkan diri kepada Salomo pada malam itu. Penampakan ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya merespon doa dan persembahan secara umum, tetapi juga memberikan konfirmasi pribadi. Malam hari seringkali diasosiasikan dengan momen refleksi mendalam, perenungan, dan komunikasi intim. Dalam konteks ini, penampakan Tuhan di malam hari memperkuat keintiman hubungan antara Allah dan hamba-Nya. Salomo, sebagai raja yang memimpin pembangunan Bait Suci, telah mencurahkan hati dan sumber dayanya untuk kemuliaan Tuhan. Ia telah berdoa dengan sungguh-sungguh, memohon agar kehadiran Tuhan menyertai Bait Suci tersebut dan agar doa-doa umat didengar.
Firman Tuhan, "Telah Kudengar doamu," adalah sebuah pernyataan yang sangat menguatkan. Ini bukan sekadar pengakuan bahwa Tuhan mendengar, melainkan penegasan bahwa doa Salomo telah diperkenan. Dalam setiap doa yang tulus, terlebih yang ditujukan untuk kemuliaan-Nya dan kebaikan umat-Nya, Allah selalu mendengar. Lebih dari itu, ayat ini juga menyatakan, "dan telah Kupilih tempat ini bagi-Ku sebagai rumah persembahan." Pemilihan tempat ini bukan karena keunggulan geografis atau keindahan bangunannya semata, melainkan karena hati para pembangunnya yang tulus dan komitmen mereka untuk menjadikan tempat itu sebagai pusat penyembahan dan persekutuan dengan Allah.
Keputusan Tuhan untuk memilih Bait Suci sebagai tempat kediaman-Nya, meskipun secara simbolis karena Allah Mahatahu dan tidak terbatas ruang, memiliki implikasi teologis yang sangat besar. Ini menandakan bahwa Allah ingin berinteraksi dengan umat-Nya. Ia menyediakan cara bagi manusia untuk datang kepada-Nya, membawa persembahan, dan menyampaikan permohonan mereka. Bait Suci menjadi titik sentral di mana langit dan bumi bertemu, di mana manusia dapat merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta. Janji ini memberikan dasar bagi iman dan pengharapan bangsa Israel, bahwa di tengah segala tantangan dan kesulitan hidup, mereka memiliki tempat di mana kehadiran Tuhan dapat mereka rasakan dan melalui doa, mereka dapat berkomunikasi dengan-Nya.
Oleh karena itu, 2 Tawarikh 7:12 bukan hanya sebuah catatan sejarah kuno, tetapi sebuah pengingat abadi akan karakter Allah yang setia, yang mendengar doa umat-Nya dan yang selalu membuka jalan bagi kita untuk mendekat kepada-Nya. Peristiwa ini menjadi fondasi bagi pelayanan imam, pengajaran para nabi, dan pengharapan setiap orang Israel yang datang ke Yerusalem untuk beribadah. Ini mengajarkan kita arti penting doa yang tulus dan kerinduan untuk menjadikan hidup kita sebagai "rumah persembahan" yang berkenan di hadapan Allah.