Ayat ini mencatat momen yang luar biasa dalam sejarah Israel, yaitu saat pendirian dan pengudusan Bait Allah yang dibangun oleh Raja Salomo. Setelah ibadah pengudusan yang khusyuk, Allah menunjukkan kehadiran-Nya dengan cara yang sangat nyata dan dahsyat. Api turun dari langit dan membakar korban persembahan yang telah disediakan, sebuah tanda ilahi yang meneguhkan bahwa persembahan itu berkenan kepada-Nya. Ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, melainkan sebuah demonstrasi kuasa dan kasih Allah yang tak terbantahkan.
Menyaksikan kejadian luar biasa ini, reaksi spontan umat Israel adalah sujud menyembah dengan wajah ke tanah. Tindakan ini menunjukkan rasa hormat, takjub, dan pengakuan mutlak atas kebesaran Allah. Di tengah kekaguman mereka, timbul pujian yang terucap: "Sebab Ia baik, karena kasih setia-Nya untuk selama-lamanya." Kata-kata ini adalah inti dari pengakuan iman mereka. Mereka tidak hanya merayakan selesainya pembangunan Bait Allah, tetapi lebih dari itu, mereka mengakui sifat Allah yang baik dan kasih setia-Nya yang tak berkesudahan.
Pujian yang dinyanyikan ini merupakan pengulangan dari Mazmur yang dikenal dan merupakan pengakuan atas kebaikan dan kesetiaan Allah yang telah mereka alami sepanjang perjalanan mereka. Dalam konteks 2 Tawarikh 7:3, pujian ini menjadi respons langsung terhadap manifestasi kemuliaan Allah. Ini mengajarkan bahwa setiap kali kita mengalami perbuatan baik atau tanda kehadiran Allah dalam hidup kita, respons yang paling tepat adalah ucapan syukur dan pengakuan atas kebaikan-Nya.
Meskipun api secara harfiah mungkin tidak turun lagi di zaman kita, makna dari peristiwa ini tetap relevan. Kehadiran Allah, meskipun tidak selalu diwujudkan melalui tanda fisik yang spektakuler, tetap nyata bagi mereka yang mencari-Nya dengan tulus. 2 Tawarikh 7:3 mengingatkan kita untuk selalu memiliki hati yang siap merespons kebaikan Allah dengan pujian dan penyembahan.
Ketika kita merenungkan berkat-berkat yang telah diterima, baik yang besar maupun yang kecil, saat-saat doa yang dijawab, perlindungan yang diberikan, atau sekadar anugerah kehidupan sehari-hari, kita dipanggil untuk meniru respons umat Israel. Mengucapkan syukur "Sebab Ia baik, karena kasih setia-Nya untuk selama-lamanya" adalah fundamental dalam hubungan kita dengan Tuhan. Ini bukan hanya ungkapan emosi, tetapi sebuah deklarasi kebenaran teologis yang terus menerus diperbarui dalam pengalaman pribadi kita.
Lebih jauh, ayat ini menggarisbawahi pentingnya tempat ibadah dan persekutuan. Bait Allah menjadi pusat di mana umat dapat berkumpul, mempersembahkan korban, dan mengalami kehadiran Allah. Dalam konteks modern, gereja atau komunitas orang percaya berfungsi sebagai tempat serupa. Di sinilah kita dapat bersama-sama mengakui kebaikan Allah, saling menguatkan dalam iman, dan memuliakan nama-Nya. 2 Tawarikh 7:3 adalah pengingat abadi bahwa Allah itu baik, dan kasih setia-Nya adalah sumber pujian kita yang tak pernah habis.
Mari kita menjadikan 2 Tawarikh 7:3 sebagai prinsip hidup. Dalam setiap keadaan, baik sukacita maupun tantangan, kita diajak untuk melihat kebaikan Allah dan menyatakan, dengan segenap hati, "Sebab Ia baik, karena kasih setia-Nya untuk selama-lamanya."
Sumber referensi: Alkitab Sabda