"Dan juga sepuluh buah perisai emas yang dibuat dari emas murni, dan enam ratus keping emas lainnya yang dijadikan perisai, dan semuanya itu ditempatkan oleh raja di istananya di hutan Libanon."
Ayat 2 Tawarikh 9:20 menggambarkan secara rinci salah satu aspek kekayaan dan kemegahan Raja Salomo. Perisai-perisai emas murni dan kepingan emas yang jumlahnya luar biasa menunjukkan tingkat kemakmuran yang luar biasa di masa pemerintahannya. Bait Allah yang megah, yang juga merupakan mahakarya Salomo, seringkali dikaitkan dengan kekayaan luar biasa yang dikumpulkannya. Namun, ayat ini lebih spesifik menyebutkan tentang perisai-perisai yang dibuatnya.
Tujuan dari perisai-perisai ini bisa jadi multifaset. Secara harfiah, mereka bisa jadi merupakan perlengkapan militer yang menampilkan kebesaran dan kekuatan kerajaan Israel di bawah kepemimpinan Salomo. Dalam konteks Timur Dekat kuno, menampilkan kekayaan melalui benda-benda berharga seperti emas adalah cara untuk menunjukkan status, kekuasaan, dan berkat ilahi. Di sisi lain, penyebutan "emas murni" menekankan kualitas terbaik yang digunakan, menandakan keagungan dan standar tertinggi yang dipegang dalam segala hal yang berkaitan dengan raja.
Penempatan perisai-perisai ini "di istananya di hutan Libanon" juga menarik. Hutan Libanon dikenal dengan kayu-kayu berkualitas tinggi dan pemandangan yang indah. Menempatkan harta karun seperti perisai emas di sana kemungkinan bertujuan untuk memperindah dan menunjukkan kekayaan tidak hanya di pusat pemerintahan tetapi juga di area yang secara estetika menarik dan simbolis penting. Ini bisa juga berarti sebagai tempat penyimpanan yang aman dan terhormat.
Lebih dari sekadar kekayaan materi, ayat ini secara implisit juga menyoroti hikmat yang dianugerahkan Tuhan kepada Salomo. Dengan kekayaan yang begitu besar, ia mampu menciptakan benda-benda yang tidak hanya bernilai tetapi juga artistik dan monumental. Kemampuan mengelola sumber daya dan memanfaatkannya untuk kemuliaan dan keamanan kerajaan adalah tanda dari kepemimpinan yang bijaksana. Keberhasilan Salomo dalam membangun dan memperkaya kerajaannya adalah buah dari perpaduan antara karunia ilahi berupa hikmat dan kekayaan yang melimpah.
Meskipun ayat ini secara spesifik berbicara tentang perisai emas, kita dapat mengambil pelajaran yang lebih luas. Dalam kehidupan modern, meskipun kita tidak membuat perisai emas, kita seringkali dihadapkan pada bagaimana kita mengelola sumber daya yang diberikan kepada kita, baik itu waktu, talenta, maupun materi. Apakah kita menggunakannya untuk kemuliaan diri sendiri, atau untuk hal-hal yang lebih besar, yang mungkin mencerminkan kebaikan dan keagungan yang lebih tinggi? Kehidupan Salomo, dengan segala kemegahannya, juga menjadi pengingat akan tanggung jawab yang menyertai berkat dan kekayaan.